REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta para elit politik memberikan contoh pelaksanaan demokrasi berintegritas dalam Pemilu 2024, mendatang. Ma'ruf menekankan, para elit politik memiliki pengaruh besar untuk menjaga kondusifitas tahun politik.
"Yang harus memberi contoh itu elitnya. Justru harus dari elitnya. Karena kalau elitnya sudah tidak memegang teguh prinsip itu, di bawah itu akan lebih keras," ujar Ma'ruf dikutip dari keterangan persnya, Ahad (27/11/2022) usai menghadiri pembukaan Musyawarah Nasional KAHMI akhir pekan ini.
Dia meminta para elit politik menjaga suasana damai dan sejuk dalam Pemilu mendatang. Salah satunya dengan tidak membuat pernyataan atau melakukan tindakan yang bisa memicu perpecahan bangsa.
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini mengingatkan, para elit politik dan peserta Pemilu menaati aturan kepemiluan. Lebih lanjut, kata Ma'ruf, pengalaman Pemilu sebelumnya harus dijadikan pedoman untuk membuat Pemilu 2024 lebih berintegritas.
"Masing-masing kan biasanya kan ada semacam pakta integritas, itu sebaiknya (dipatuhi) selain ada aturan-aturan dalam pemilu, supaya masing-masing menjaga diri, tidak berlebihan, kalau berlebihan kan akan bisa menimbulkan ketidakbaikan," ujar Ma'ruf.
Ma'ruf melanjutkan, upaya yang bisa memicu pembelahan di masyaraka juga sebaiknya dihindari, seperti pendekatan politik identitas maupun penggunaan istilah-istilah tertentu.
Ma'ruf meminta agar pasangan calon presiden dan wakil presiden maupun calon anggota legislatif mengedepankan program-program. Langkah tersebut perlu dilakukan demi menghindari polariasi atau pembagian di tengah masyarakat terbelah.
"Saya kira kita kan sudah berkali-kali mengadakan Pemilu, Pilpres, dan kita sudah merasakan kalau kita menggunakan pendekatan identitas itu bisa membawa keterbelahan," ujar Ma'ruf.
Selain itu, dia juga meminta para elit-elit politik tidak menggunakan istilah-istilah yang bisa memicu pembelahan di tengah masyarakat.
"Dan jangan menggunakan juga sebutan-sebutan yang bisa menimbulkan permusuhan. Seperti pemilu yang lalu penyebutan yang kurang baik, ya, barangkali itu harus dihindari untuk menjaga keutuhan bangsa dan kesatuan," ujarnya.
Dalam kampanye para elit politik untuk mengedepankan sikap santun dan saling menghargai. Dia juga berharap, narasi yang perlu dibangun sikap siap menang dan siap kalah.
Sehingga, jika hasil Pemilu tidak sesuai dengan harapan, tidak disikapi dengan langkah destruktif. "Jangan siap menang tapi tidak siap kalah, itu nanti kemudian mengambil langkah-langkah yang destruktif, ya, yang kurang baik," ujarnya.