Selasa 22 Nov 2022 21:06 WIB

Gempa di Cianjur Dapat Terjadi Lagi Tiap 20 Tahun Sekali

Bangunan rumah warga di wilayah tersebut dinilai harus tahan gempa.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Teguh Firmansyah
Suasana rumah dan jalan yang hancur akibat gempa di Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (22/11/2022).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Suasana rumah dan jalan yang hancur akibat gempa di Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (22/11/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) gempa di Kabupaten Cianjur diprediksi akan berulang setiap 20 tahun sekali. Hal tersebut disampaikan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Ia menyebutkan, gempa serupa pernah terjadi pada tahun 2000 dan 1982. Oleh karena itu ke depan perlu diperhitungkan untuk membangun rumah atau bangunan tahan gempa.

Baca Juga

"Analisis kajian BMKG merupakan gempa dengan periode ulang kurang lebih 20 tahun. Sebelumnya tahun 2000 yaitu 22 tahun yang lalu dan sebelumnya lagi tahun 1982, 18 tahun yang lalu," ujar dia dalam konferensi pers, Selasa (22/11/2022).

Dwikorita mengimbau bangunan rumah warga di wilayah tersebut harus tahan gempa. "Dan karena lokasi banyak rumah yang runtuh itu juga berada pada lokasi rawan longsor juga perlu diperhatikan tahan longsor atau mencari tempat yang aman," tambahnya.

Setelah berdiskusi dengan Bupati Cianjur Herman Suherman, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, maka akan disiapkan bangunan tahan gempa di masa rehabilitasi dan rekonstruksi nanti.

"Karena gempa dapat terulang kemudian dikurang lebih 20 tahun ke depan. Sehingga pada masa pada tahap rekonstruksi mohon benar-benar diperhatikan agar bangunannya tahan gempa," sambung dia.

Saat ini lanjut Dwikorita, BMKG juga melakukan survei untuk mengidentifikasi tanah-tanah yang relatif lebih aman terhadap guncangan gempa. BMKG juga sudah menemui tim mitigasi bencana dari pusat geologi untuk mengkaji tanah yang relatif aman dan tidak aman dari bencana longsor.

"Nanti kami akan integrasikan hasil survei tersebut untuk mendukung proses rekonstruksi dalam menentukan kalau memang terpaksa harus mencari tempat yang aman, ada datanya lah, berbasis data," jelas Dwikorita.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengungkapkan, wilayah Sukabumi, Cianjur, Lembang, Purwakarta, dan Bandung merupakan kawasan rawan gempa secara permanen. Karena, kelimanya merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks yang meliputi sesar Cimandiri, sesar Padalarang, sesar Lembang, dan sesar Cirata.

"Gempa yang tidak menimbulkan bencana bisa diantisipasi dengan bangunan yang kuat. Terjadinya korban meninggal dan lain-lain, itu bukan karena gempa, tapi struktur bangunan," jelas Daryono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement