REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Dukungan Penyelenggaraan Acara G20 yang juga Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan memanjatkan syukur atas keberhasilan Presidensi G20 Indonesia 2022. Luhut menjelaskan, sejak serah terima Presidensi G20 2021, seluruh pihak berkolaborasi erat untuk mempersiapkan berbagai hal, baik dari sisi substansi dan penyelenggaraan acara.
"Kita bersyukur bahwa pada tanggal 15 dan 16 November 2022, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) sebagai puncak Presidensi telah berlangsung dengan baik, di tengah-tengah dinamika politik internasional yang turut mewarnai kompleksitas penyelenggaraan KTT," katanya dalam keterangan di Jakarta, Kamis (17/11/2022).
Luhut menceritakan, para pemimpin negara tidak hentinya memberikan pujian kepada Indonesia atas perhelatan internasional ini. Salah satunya, Presiden Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed Al Nahyan yang tidak hentinya memberikan pujian khususnya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dia juga menyampaikan, ada satu hal yang dapat dipelajari saat mempersiapkan Presidensi G20 selama satu tahun, yakni berbagai tantangan yang telah dihadapi selama ini justru membuat Indonesia semakin solid. Selain itu, menurut Luhut, hal itu patut dibanggakan oleh seluruh rakyat Indonesia untuk menunjukkan eksistensi Indonesia di mata dunia.
"Jadi kita belajar dari sini, bahwa Indonesia negara yang besar, negara yang hebat, hebat karena kita semua satu. Kita telah menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu untuk mengatur dan menyelenggarakan KTT G20 dengan baik, melalui kolaborasi erat pihak-pihak terkait, serta tentunya penyertaan dari Tuhan Yang Maha Esa," ujarnya.
Selanjutnya, Luhut juga mengapresiasi kerja keras TNI-Polri serta berpesan agar dua institusi tersebut harus selalu kompak dalam mengamankan negara. "Ini semua terjadi karena kerja sama tim tapi kita tak boleh lupa ada salah satu tim yang juga luar biasa, tim dari BMKG. Dan saya titip pada TNI Polri, kalian harus kompak," pesannya.
Terlepas dari itu semua, Luhut juga mengingatkan agar Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah (PR) besar, yaitu merealisasikan tindaklanjut dari hasil KTT G20, baik berupa kesepakatan high-level, MoU, atau komitmen bersama saat pertemuan bilateral/multilateral. Dia berharap, hasil kesepakatan tersebut dapat menghasilkan sesuatu yang konkret, bermanfaat bagi Indonesia dan dunia.