REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berkolaborasi dengan Jejak.in untuk merekam jejak karbon atau carbon footprint offset yang ditinggalkan pasca pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali. Hal tersebut ditujukan sebagai upaya mewujudkan konsep pariwisata berkelanjutan yang ramah lingkungan.
"Penghitungan carbon footprint ini bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Kami menugaskan Jejak.in untuk menghitung berapa emisi karbon dari G20 ini dan kira-kira G20 ini apakah telah berhasil meng-offset dari segi emisi karbon," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno saat bertemu Founder dan CEO Jejak.in, Arfan Arlanda.
Nantinya, hasil penghitungan bakal diumumkan pada Asean Travel forum 2023 pada Februari 2023.
"Jadi ini adalah gold standard dari event berkelas dunia di mana sustainable tourism ini mengharuskan kita untuk memiliki konsep green MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition)," ujarnya.
Menurut Sandiaga, pengembangan pariwisata berkelanjutan merupakan hal yang sangat penting bagi upaya membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif membuka lapangan kerja di Indonesia.
Dia optimistis ada tiga juta lapangan kerja yang bisa diciptakan melalui pariwisata berkelanjutan yang melingkupi sektor pertanian, industri perhotelan, restoran dan kafe yang bisa onboard.
Dalam kesempatan yang sama, Arfan Arlanda menyatakan pihaknya siap melaksanakan kolaborasi-kolaborasi yang telah disepakati dengan Kemenparekraf.
"Kami provide teknologinya untuk menghitung berapa emisi (karbon) semua kegiatan wisata di Indonesia kemudian kami juga support untuk mengajak (wisatawan) berkontribusi dalam kegiatan hijau seperti menanam pohon di semua daerah destinasi wisata," ungkapnya.