REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pandemi Covid-19 ternyata belum berakhir. Bahkan, kini kasus Covid-19 kembali merangkak naik akibat mutasi subvarian XBB dengan peningkatan kasus aktif 64,4 persen dan perawatan di rumah sakit dalam dua minggu terakhir 3,3 persen.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi memprediksi, gelombang lonjakan kasus Covid-19 karena subvarian Omicron XBB akan terjadi pada akhir tahun. Karena, saat terjadi peningkatan mobilitas masyarakat pada libur akhir tahun Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2023.
"Seperti yang pernah disampaikan, aktivitas kan paling meningkat di akhir tahun. Kemungkinan di akhir tahun ada peningkatan, tapi kita akan monitor terus seperti apa," kata Nadia di Jakarta, Selasa (8/11/2022).
Sebelumnya, Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Ditjen P2P Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr. Prima Yosephine mengatakan, untuk untuk menekan laju penularan, pemerintah kembali menggalakkan vaksinasi Covid-19. Hingga saat ini, pemerintah terus memperhatikan pemerataan vaksin di berbagai daerah untuk memastikan stok yang dimiliki cukup.
Prima menuturkan, penanganan pemerataan stok vaksin Covid-19 dilakukan dengan melakukan realokasi dari daerah-daerah yang masih memiliki banyak stok vaksin atau stok yang cukup untuk lebih dari 14 hari ke daerah dengan stok vaksin minim atau yang memiliki stok kurang dari 7 hari."Kami lakukan pendekatan dan mereka mau. Kemudian kita realokasikan vaksin yang ada di mereka ke daerah-daerah yang stok vaksinnya minim," ujar Prima.
Beberapa waktu lalu, Indonesia diketahui telah mendapatkan 5 juta dosis vaksin Pfizer yang sebagian sudah didistribusikan ke provinsi yang telah mengajukan permintaan kebutuhan vaksin. Ia pun meminta kepada daerah yang merasa membutuhkan stok vaksin agar menghubungi pusat untuk mengajukan permintaan.
Kemenkes saat ini tidak akan mengirimkan vaksin ke daerah yang tidak mengajukan permintaan. Sehingga, bila tidak ada permintaan maka dianggap memiliki stok yang memadai. "Saat ini kami tidak lagi mengirimkan tanpa permintaan dari daerah, ini juga sebagaistrategi mencegah vaksin kedaluwarsa sebelum digunakan, karena banyak daerah yang laju pemberiannya agak lambat padahal stoknya banyak sehingga vaksinnya kedaluwarsa," katanya.