Ahad 06 Nov 2022 21:36 WIB

Menjaga Stok Pupuk Subsidi di Musim Tanam

Petani di Desa Reno Basuki terpaksa membeli pupuk nonsubsidi, meskipun mahal.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Muhammad Fakhruddin
Gudang Pupuk Subsidi Lini II Lampung.
Foto: Republika/Mursalin Yasland
Gudang Pupuk Subsidi Lini II Lampung.

REPUBLIKA.CO.ID,LAMPUNG -- Memasuki musim tanam, sebagian petani di Desa Reno Basuki, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, mengeluhkan ketersediaan pupuk subsidi. Langkanya pupuk subsidi (urea dan NPK),  membuat petani terpaksa membeli pupuk nonsubsidi yang harganya sampai tiga kali lipat dari harga subsidi.

Hilangnya pupuk bersubsidi di kios desa tersebut selalu terjadi ketika musim tanam. Untuk membeli pupuk nonsubsidi yang mahal, mau tidak mau petani harus menambah kocek plus dengan meminjam sana dan sini, agar panen gabahnya berhasil.

Baca Juga

Irawan (30 tahun), petani di Desa Reno Basuki terpaksa membeli pupuk nonsubsidi, meskipun mahal. Menurut dia, menggunakan pupuk nonsubsidi, biaya sarana prasarana produksi yang dikeluarkan para petani jadi meningkat, dampaknya pendapatan petani berkurang.

Menurut dia, pupuk subsidi tersedia di kios Gapoktan, namun hanya dapat jatah dua sak (100 kg), sedangkan kebutuhan petani 400 kg. Saat ini harga pupuk subsidi jenis NPK Rp 140.000 per sak (50 Kg), dan harga pupuk urea Rp 130.000 per sak. Sedangkan harga pupuk nonsubsidi NPK Rp 160.000 per sak dan pupuk urea Rp 150.000 per sak.

"Di pasaran semua jenis pupuk nonsubsidi mengalami kenaikan harga, ditambah jenis pupuk NPK langka di pasaran, dan harga obat-obat pertanian juga tinggi,” kata Irawan, Ahad (6/11/2022).

Natio (60), petani lainnya di desa tersebut mengatakan, stok kebutuhan pupuk subsidi selalu cukup seperti diungkapkan pejabat pemerintah.  Namun faktanya, kelangkaan pupuk subsidi dan mahalnya harga pupuk nonsubsidi menjadi masalah petani dari tahun ke tahun.

"Pupuk subsidi tidak dapat, terpaksa beli pupuk nonsubsidi tapi harganya mahal,” kata Natio.

PT Pupuk Indonesia (PI) mengakui belum memenuhi 100 persen kebutuhan pupuk subsidi petani sesuai elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (e-RDKK). “Ada gap antara kebutuhan dan alokasi yang diberikan. Ini yang menjadi petani masih kekurangan pupuk subsidi,” kata SVP PSO Wilayah Barat PI Agus Susanto kepada Republika.co.id di Gudang Lini II Padimas Lampung, Kamis (27/10/2022).

Agus mengatakan, untuk mengatasi kekurangan pupuk subsidi, PI sudah menyiapkan pupuk nonsubsidi di kios terdekat. Namun, terjadi disparitas harga yang jauh. “HET subsidi dan harga komersil memang sangat jauh disparitasnya, bisa tiga kali lipat,” katanya.

Berdasarkan data PI, Kamis (27/10/2022), kelangkaan pupuk akan terus terjadi selama usulan kelompok tani (e-RDKK) lebih besar dari alokasi pemerintah. Gap antara kebutuhan pupuk subsidi dan alokasinya sudah terjadi sejak tahun 2016 sampai 2021. 

Tahun 2016, usulan RDKK Kementrian Pertanian 21,9 juta ton, sedangkan alokasi 9,5 juta ton terjadi gap 56 persen (12.349.522). Tahun 2017 RDKK 22,5 juta ton alokasi 9,5 juta ton gap 58 persen (13.019.225). Tahun 2018 RDKK 22,9 juta ton alokasi 9,5 juta ton gap 58 persen (13.426.500).

Tahun 2019 RDKK 23,4 juta ton alokasi 8,8 juta ton gap 62 persen (14.532.479). Tahun 2020 RDKK 26,2 juta ton alokasi 8,9 juta ton gap 66 persen (17.280.269), dan Tahun 2021 usulan RDKK 24,3 juta ton alokasi 9 juta ton terjadi gap 63 persen (15.264.943).

“Bukan kelangkaan, artinya memang kekurangan kebutuhan, makanya kami bersama pemerintah daerah menyiapkan pupuk nonsubsidi untuk memenuhi kekurangan petani,” kata Agus sembari mengatakan persediaan stok untuk dua pekan bulan berjalan.

Agus mengatakan, berdasarkan Permentan Nomor 10 tahun 2022 hanya dua pupuk urea dan NPK dari enam jenis. Kemudian dari 70 komoditas yang disubsidi menjadi sembilan yakni padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu, kakao, dan kopi.

Data PI sampai 25 Oktober 2022 menyebutkan, stok pupuk bersubsidi nasional untuk urea dan NPK pada gudang Lini I (gudang pabrik produsen) 28.488 ton, Lini II (gudang penyanggah provinsi) 145.329 ton, Lini III (gudang penyangga kabupaten/kota) 514.057 ton. 

Total stok urea dan NPK 687.874 ton (urea 358.073 ton dan NPK 329.801 ton). Sedangkan persediaan stok minimum untuk masing lini selama dua pekan yakni total 293.494 ton (urea 175.075 ton dan NPK 118.419 ton).

Kepala Distribusi Sumbagsel PI Andi Putra Utama mengatakan, pendistribusian pupuk bersubsidi dilakukan lewat darat dan laut. “Memang permasalahan distribusi jalan yang jelek, longsor di wilayah Sumbagsel,” kata Andi.

Menurut dia, distribusi pupuk subsidi target Oktober 2022 menyiapkan pupuk NPK 15.000 ton yang sudah ditargetkan keluar 15.000 ton, sekarang stok 17.000 ton. Stok ini menyesuaikan kebutuhan wilayah masing-masing.

“Kegiatan kami, selain menyiapkan pupuk, ada stok minimum sehingga untuk kebutuhan bulan depan bisa sama dan lebih,” ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement