REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemerintah akan kembali menggencarkan vaksinasi dosis ketiga atau booster sebagai upaya mencegah lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia. Juru Bicara Kementerian Kesehatan Muhammad Syahril mengatakan, saat ini capaian vaksinasi booster masih di angka 27,62 persen dari target Pemerintah sebesar 50 persen.
Sedangkan vaksinasi dosis pertama 87 persen dan vaksinasi dosis kedua 73 persen. "Memang untuk booster kita masih jauh dari target yang kita inginkan yakni 50 persen, karenanya disampaikan dalam rapat bersama Menko Marvest kita akan menggerakan ulang vaksinasi booster ini," ujar Syahril dalam keterangan persnya secara virtual, Jumat (4/11/2022).
Pemerintah, kata Syahril, meyakini vaksinasi merupakan upaya memberi kekebalan dan perlindungan kepada masyarakat terhadap berbagai varian Covid-19. Apalagi, berbagai negara saat ini mengalami kenaikan kasus akibat sub varian XBB. "Karena itu, bagaimana kita menggerakkan lagi booster ini agar bisa mencapai di atas 50 persen," ujarnya.
Selain itu, Syahril juga menyampaikan beberapa strategi lainnya yang akan dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan kasus, sekaligus menekan angka kematian dan menurunkan jumlah perawatan. Beberapa strategi yang digariskan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) ini diantaranya, pertama mengingatkan masyarakat jika pandemi Covid-19 belum berakhir.Sehingga protokol kesehatan harus tetap ditegakkan. "Kita ini dalam pandemi yang kemungkinan ada varian membuat terjadi lonjakan kasus, sehingga prokes menjadi syarat, jangan dikendorkan dulu," ujar Syahril.
Kedua, masalah vaksinasi dan ketiga imbauan agar seluruh rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan tetap siaga. "Seluruh rumah sakit kemudian fasilitas layanan kesehatan diharapkan juga tetap siaga, tetap siap manakala kasus-kasus yang ada, ini masih harus kita tangani baik hulu maupun rs rujukan," ujarnya.
Sementara terkait pembatasan kegiatan masyarakat juga dilakukan melalui kebijakan PPKM yang hingga saat ini masih berlaku. "Untuk pembatasan-pembatasan yang PPKM tadi saya juga masih mengikuti pertemuan, tetap diperpanjang sampai dua minggu kedepan. Karena kaitannya juga dengan ada G20 maka kita harus mengawal ini," ujarnya.