REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Persatuan Pembangunan (PPP) lewat Wakil Ketua Umum Arsul Sani, awal pekan ini melontarkan sinyal kuat siap mengusung Erick Thohir sebagai capres atau cawapres di Pilpres 2024. Leo Agustino, Pengamat Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Serang menilai banyak faktor yang membuat Menteri Erick saat ini diminati sejumlah partai politik untuk maju di Pilpres 2024.
Namun Agustino menilai peluang Menteri Erick untuk masuk menjadi kandidat capres di 2024 mendatang dinilai masih banyak menemui tantangan. Sebab elektabilitas Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan saat ini unggul jauh di atas Erick.
"Bahkan Gerindra sudah jelas mencalonkan Prabowo dan Nasdem menyatakan secara resmi mengusung Anies capres 2024. Posisi paling ideal bagi Pak Erick emang cawapres. Saat ini beberapa lembaga survei politik juga sudah mulai memasangkan kandidat capres dengan cawapres," kata Agustino, Rabu (2/11/2022).
Agustino berkata, karena Pileg dan Pilpres 2024 berbeda dengan yang sebelumnya, maka saat ini semua parpol tengah menghitung kemungkinan mereka akan memenangkan kontestasi. Salah satu penentu parpol memenangkan kontestasi pileg adalah dapat mengusung capres dan cawapres yang tepat.
"Pemilihan posisi cawapres juga sangat vital bagi parpol untuk dapat memenangkan pemilu mendatang. Tentunya parpol akan memilih kandidat cawapres dari figur yang elektabilitas tinggi, kinerja yang baik dengan kemampuan dan memiliki visi untuk membawa Indonesia lebih maju lagi. Semua itu ada di sosok Menteri Erick," kata Agustino.
Gajar dan Prabowo dinilai Agustino memiliki karakter kepemimpinan solidarity maker (dapat merangkul banyak pihak). Sedangkan Anies memiliki karakter teknokrasi. Karakter kepemimpinan solidarity maker dan teknokrasi saja tak cukup untuk memenangkan pilpres 2024.
Pemimpin Indonesia mendatang juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan dunia internasional. Terlebih lagi adanya ancaman resesi ekonomi global di tahun 2023. Sehingga pemimpin Indonesia nantinya memiliki jaringan bisnis dan mengetahui seluk beluk perdagangan internasional.
Dan figur yang tepat dan sesuai dengan sosok itu menurut Agustino ada di Menteri Erick. Capres dan cawapres lain dinilainya tak memiliki akses seperti Menteri Erick. Sehingga wajar jika P3 mengusung Menteri Erick untuk menjadi cawapres dan bisa disandingkan dengan Ganjar atau Prabowo. Sehingga Menteri Erick dianggap bisa menjadi pelengkap dan memperkuat kandidat capres Ganjar atau Prabowo.
"Pak Erick bisa menjadi pelengkap capres karena ia memiliki kapasitas dan kapabilitas yang sudah sangat teruji. Kompetensi Menteri Erick sudah ia tunjukan saat ini seperti berhasil dalam menggelola Kementrian BUMN. Meski di Kementrian BUMN banyak kepentingan, namun Menteri Erick dapat melaluinya dengan sangat mulus. Mungkin pertimbangan kopetensi yang sudah teruji itu yang membuat parpol berani mengusung Menteri Erick sebagai cawapres," terang Agustino.
Diakui Agustino, memang banyak kandidat cawapres lain yang muncul untuk mendampingi tokoh dengan elektabilitas tinggi seperti Puan Maharani, Agus Harimurti Yudhoyono, Sandiaga Salahuddin Uno, Ridwan Kamil dan Muhaimin Iskandar. Namun Agustino mengatakan beberapa nama sudah terkunci tak bisa maju menjadi cawapres ketika ketua umum parpolnya tak merestui.
"Menteri Erick sebagai sosok yang berasal dari kalangan profesional sangat diuntungkan jika ada ketua parpol yang melarang kadernya dengan elektabilitas tinggi ingin maju sebagai cawapres. Apalagi Menteri Erick memiliki modal kapital yang sangat kuat," kata Agustino.