Rabu 02 Nov 2022 13:36 WIB

Menkes: Korelasi Covid-19 dan Gangguan Ginjal Akut Hampir tidak Ada

Uji darah gagal ginjal temukan senyawa kimia seperti dilaporkan WHO di Gambia.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Indira Rezkisari
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan ada 325 kasus gagal ginjal akut di Indonesia yang tengah dimonitor.
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan ada 325 kasus gagal ginjal akut di Indonesia yang tengah dimonitor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, lonjakan kasus gangguan ginjal akut kepada anak diidentifikasi di Indonesia pada Agustus lalu. Selanjutnya, pada awal September langsung ditindaklanjuti oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Selanjutnya pada 9 September, Kemenkes berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terkait kasus tersebut. Kemudian berbagai tes dilakukan, mulai uji patologi, tes polymerase chain reaction (PCR), tes leptospirosis, hingga tes adenovirus.

Baca Juga

"Kita tes Covid, kita tes segala macam bakteri dan virus itu semuanya di bawah tujuh persen. Jadi hampir tidak ada korelasinya (gangguan ginjal akut) dengan penyakit ini (Covid-19)," ujar Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Rabu (2/11/2022).

Pada 5 Oktober, Kemenkes menerima informasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) adanya kasus gangguan ginjal akut pada anak di Gambia. Sehingga pihaknya mengubah tes patologi menjadi tes toksikologi.

"Kita melakukan uji darah terhadap semua pasien yang ada dan pasien itu terkonfirmasi sama dengan yang dilaporkan oleh WHO bahwa ada cairan senyawa kimia yang ada di darah mereka," ujar Budi.

Langkah berikutnya, Kemenkes mengambil obat-obatan yang dikonsumsi oleh para pasien tersebut. Dari sana juga terkonfirmasi, ada senyawa kimia terlarang yang terkandung dalam obat-obatan yang diambil oleh Kemenkes.

"Memang karena keterbatasan lab kami, pada saat itu yang kami lakukan adalah uji kualitatif, kita belum melakukan uji kuantitatif. Tapi kita bisa lakukan uji kualitatif, confirm bahwa apa yang kita temui di pasien, kita temukan di obat di rumah pasien, itu sama dengan yang terjadi di Gambia yang sudah dikonfirmasi oleh WHO," ujar Budi.

Saat ini, pihaknya tengah memonitor 325 kasus gangguan gagal ginjal akut di seluruh Indonesia. Dari 325 kasus tersebut, telah meninggal 178 orang per Selasa (1/11/2022).

Kasus tertinggi terjadi di Provinsi DKI Jakarta, yang kemudian disusul oleh Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten. Terdapat pula tiga provinsi yang disebutnya agak unik terkait kasus gangguan gagal ginjal akut, yakni Aceh, Sumatra Barat, dan Bali.

"Data per kemarin yang kita bisa monitor ada 325 kasus ginjal akut di seluruh Indonesia dan memang ada konsentrasi di beberapa provinsi tertentu. Terutama di daerah Sumatra Utara, daerah Jawa bagian barat, bagian timur, dan juga daerah Sulawesi Selatan," ujar Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement