Jumat 28 Oct 2022 20:10 WIB

Wapres Minta BNPT Antisipasi Potensi Gerakan Radikal Meningkat Jelang Pemilu

Radikalisasi dinilai bisa masuk ke mana saja.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Teguh Firmansyah
Wakil Presiden Maruf Amin dalam keterangan pers usai menghadiri Santri Digital untuk Indonesia Bangkit di Pondok Pesantren An Nawawi Tanara, Banten, Jumat (28/10).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Wakil Presiden Maruf Amin dalam keterangan pers usai menghadiri Santri Digital untuk Indonesia Bangkit di Pondok Pesantren An Nawawi Tanara, Banten, Jumat (28/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG--Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk terus melakukan langkah langkah antisipasi terhadap ancaman pergerakan yang mengarah ke radikal. Hal ini disampaikan Ma'ruf menanggapi adanya berbagai ancaman radikalisme, khususnya menjelang Pemilu 2024 mendatang.

"Saya minta memang BNPT untuk mengambil langkah-langkah antisipasi terutama dalam menghadapi Pemilu dan Pilpres jangan sampai kelompok kelompok radikal kemudian menggunakan dengan misalnya mendorong adanya politik identitas (memicu perpecahan)," kata Ma'ruf dalam keterangannya kepada wartawan di Pesanten An Nawwawi Tanara, Serang, Banten, Jumat (28/10).

Baca Juga

Mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia ini mengingatkan BNPT untuk melakukan tugas tugas dalam menangkal paham radikal baik yang bersifat kontraradikalisasi maupun deradikalisasi. Dia juga meminta BNPT menggandeng kementerian/lembaga terkait dalam mengatasi masalah radikalisme di berbagai kalangan.

"Karena masalah radikalisasi bisa masuk ke mana saja, lewat mana saja bahkan sejak umur dini. Karena itu melibatkan juga Kementerian pendidikan juga kemudian Kementerian Agama bisa saja itu dari aspek keagamaan," ujarnya.

Selain itu, Mantan Rais Aam PBNU ini juga menekankan perlunya pemahaman moderasi beragama terus dikembangkan. Sebab, pemahaman ini bisa mencegah lahirnya paham radikal.

"Oleh karena itu moderasi beragama menjadi salah satu program yang harus kita kembangkan, di Islam sendiri itu Islam Wasathiyah, Islam yang moderat menjadi mainstream di negeri ini," ujarnya.

Dalam Wapres kesempatan itu, Ma'ruf juga meminta kasus Siti Elina, perempuan yang berupaya menerobos Istana Negara dan menodongkan pistol ke Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), pada Selasa (25/10) lalu didalami. Pendalaman ini berkaitan dugaan Siti Elina terpapar paham radikal.

"Masalah fokus mengenai kejadian kemarin (terobos istana) itu ya terus didalami, apakah termasuk (terpapar radikalisme)," kata Ma\'ruf dalam keterangannya kepada wartawan di Pesanten An Nawwawi Tanara, Serang, Banten, Jumat (28/10).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement