REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kasus gangguan ginjal akut di Provinsi Jawa Barat (Jabar) terus bertambah. Penyakit yang mayoritas diidap oleh anak-anak ini telah mencapai 41 orang kasus di Jabar.
"Ya, kasusnya memang terus meningkat. Namun, masyarakat jangan panik, meskipun harus tetap waspada. Jika ada gejala segera periksakan ke dokter," ujar Nina kepada wartawan di RSHS Bandung, Rabu (26/10/2022).
Nina mengatakan, kasus tersebut tersebar di kabupaten/kota. Tapi, paling banyak yang dirawat memang di RSHS. Pasien tersebut, berasal dari berbagai daerah, sedangkan pasien dari Kota Bandung hanya satu orang.
Menurut Nina, Gubernur Jabar akan membentuk satuan tugas (satgas) untuk mengantisipasi kasus gangguan ginjal akut ini. Namun, hal ini harus dikoordinasikan dulu dengan pemerintah pusat.
"Selain itu, kami juga terus berkoordinasi dengan dinkes di kabupaten/kota. Baik untuk komunikasi maupun untuk koordinasi," kata Nina.
Saat ditanya tentang obat sirop yang dilarang untuk diedarkan apotek, Nina mengatakan saat ini BPOM sudah merekomendasikan beberapa obat sirop yang aman dikonsumsi masyarakat. Namun, tetap harus dengan resep dokter.
"Pokoknya masyarakat jangan panik tapi tetap harus waspada. Soal biaya, bisa menggunakan juga BPJS. Tapi saya meminta rumah sakit beri dulu layanan bagi pasien gangguan ginjal akut ini," katanya.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku sudah bertemu dengan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin pada Senin (25/10/2022) malam.
"Kemarin (Senin) malam saya bertemu dengan menkes. Informasi yang saya terima ya salah satu dugaan utama dari gangguan ginjal akut ini karena mayoritas terjadi pada anak-anak," ungkap Ridwan Kamil di sela-sela Pertemuan Forum MPR Dunia di Gedung Merdeka Jalan Asia Afrika Kota Bandung, Selasa (25/10/2022).
Menurut Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, ia masih menunggu informasi ilmiah dari menkes. "Saya hanya kepala daerah jadi informasi lanjutnya masih menunggu dari Pak Menkes," jelasnya.