Kamis 20 Oct 2022 22:46 WIB

Pemprov DKI Punya Laboratorium Rujukan Uji Toksik Gagal Ginjal Akut

Labkesda Jakarta bisa jadi rujukan daerah lain untuk uji toksik gagal ginjal akut.

Dokter mengecek kondisi anak yang dirawat dengan dugaan gagal ginjal akut
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
Dokter mengecek kondisi anak yang dirawat dengan dugaan gagal ginjal akut

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemprov DKI Jakarta mempunyai Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) yang bisa menjadi rujukan daerah lain untuk uji toksik gagal ginjal akut.

"Kami memastikan Labkesda DKI ini komplet, jadi bisa sebagai tempat rujukan," kata Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono ketika meninjau Labkesda DKI di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Kamis (20/10/2022).

Laboratorium tersebut, kata dia, juga menjadi rujukan untuk pelatihan tenaga kesehatan daerah lain terkait uji toksikologi.

Baca juga : Dinkes DKI: 71 Anak Terserang Gagal Ginjal Akut, 40 Meninggal Sejak Januari

Sejak Januari hingga 19 Oktober 2022, total sudah ada 71 kasus gagal ginjal akut misterius yang ditemukan di DKI Jakarta. Meski begitu, Heru menuturkan bahwa dari 71 kasus itu, di antaranya berasal dari daerah luar Jakarta yang dirawat di DKI.

"Ada berbagai macem daerah, ada dari Banten sembilan kasus, Jawa Barat ada 16 kasus, luar Jabodetabek tujuh kasus," imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti menjelaskan Labkesda DKI menjadi salah satu bentuk kesiapan Pemprov DKI menyikapi kasus gagal ginjal akut. Labkesda, kata dia, akan menjadi laboratorium pendamping untuk menguji sampel yang diduga mengandung toksik.

"Labkesda DKI Jakarta siap menjadi laboratorium pendamping untuk pemeriksaan toksikologi dan kemarin ditetapkan Kemenkes menjadi tempat pelatihan bagi laboratorium daerah lain seluruh Indonesia," katanya.

Baca juga : DPR: Pemerintah Perlu Tegas Ambil Sikap Terkait Kasus Gagal Ginjal pada Anak

Hingga saat ini, sudah ada 25 orang anak meninggal dunia berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI. Dinas Kesehatan DKI menjelaskan gejala awal gagal ginjal akut misterius di antaranya demam, diare disertai muntah, batuk pilek.

Kemudian, gejala lanjutan di antaranya jumlah urine dan frekuensi buang air kecil berkurang, badan membengkak, penurunan kesadaran dan sesak nafas. Jika ditemukan gejala demam, diare, muntah, frekuensi buang air kecil berkurang, sebaiknya dalam 12 jam harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

Semakin cepat terdeteksi, semakin baik perbaikan penyakit jika ditangani khusus. Adapun langkah yang perlu dilakukan untuk mencegah gangguan ginjal di antaranya cukupi kebutuhan cairan harian sesuai usia, konsumsi makanan lengkap dan gizi seimbang. Kemudian, terapkan pola hidup sehat, hindari mengonsumsi obat keras terbatas tanpa resep dokter.

Baca juga : YLKI Nilai Kemenkes dan BPOM Ambigu dalam Kasus Gagal Ginjal Akut

Pihaknya meminta masyarakat tidak panik namun tetap waspada terutama jika jumlah dan frekuensi buang air kecil anak berkurang. Kemenkes menginstruksikan seluruh apotek yang beroperasi di Indonesia untuk sementara ini tidak menjual obat bebas dalam bentuk sirop.

Instruksi tersebut sebagai bentuk kewaspadaan terkait penyakit ginjal akut yang sebagian besar menimpa anak-anak di Indonesia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement