Kamis 20 Oct 2022 14:52 WIB

Politikus PKS Apresiasi Sikap Australia Cabut Pengakuan Yerusalem Ibu Kota Israel

PKS berharap Australia bersama negara lain ikut mendorong kemerdekaan Palestina.

Direktur Crisis Center For Rohingya (CC4R) PKS Sukamta memberikan keterangan dalam acara penyerahan dana donasi aksi bela Rohingya 169 di Kantor DPP PKS, Jakarta, Senin (25/9).
Foto: Republika/Prayogi
Direktur Crisis Center For Rohingya (CC4R) PKS Sukamta memberikan keterangan dalam acara penyerahan dana donasi aksi bela Rohingya 169 di Kantor DPP PKS, Jakarta, Senin (25/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Anggota Komisi I DPR dari fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sukamta mengapresiasi kebijakan Australia yang mencabut pengakuan Yerusalem Barat sebagai ibu kota Israel. Dia menilai kebijakan itu menunjukkan bahwa upaya Israel yang memindahkan ibu kota dari Tel Aviv ke Yerusalem, tidak mendapatkan dukungan dari banyak negara, salah satunya Australia.

"Pandangan pemerintah Australia bahwa penyelesaian konflik Israel-Palestina harus dilakukan dengan damai harus kita dukung," kata Sukamta di Jakarta, Kamis (20/10/2022).

Baca Juga

Menurutnya, pencabutan pengakuan tersebut bisa menjadi pemicu dukungan perjuangan kemerdekaan Palestina dari berbagai negara selain Indonesia. Sukamta mengatakan, Indonesia sebagai negara yang terus memperjuangkan dan mendukung kemerdekaan Palestina, sejak awal menolak kebijakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

"Indonesia perlu terus melanjutkan upaya menggalang dukungan dan mengambil langkah-langkah strategis dalam menyelesaikan masalah Palestina," ujarnya.

Sukamta juga berharap pemerintah Australia untuk bersama-sama negara lain mendorong kemerdekaan Palestina. Menurut dia, kemerdekaan Palestina yang masih dijajah merupakan kunci utama perdamaian di Timur Tengah dan bagi Bangsa Indonesia, itu merupakan amanah konstitusi yang tertuang di dalam Pembukaan UUD NRI 1945.

"Selama Palestina belum merdeka maka amanah pendiri bangsa dalam pembukaan UUD NRI 1945 dan balas budi Indonesia kepada Palestina belum bisa terpenuhi," katanya.

Sebelumnya, Pemerintah Australia di bawah Perdana Menteri Anthony Albanese membatalkan pengakuan pemerintahan sebelumnya atas Yerusalem Barat sebagai ibu kota Israel. Kebijakan terbaru itu menganulir pengakuan Yerusalem Barat sebagai ibu kota Israel oleh Australia di bawah pemerintahan mantan Perdana Menteri Scott Morrison.

"Saya menyesal bahwa keputusan Morrison untuk berpolitik mengakibatkan pergeseran posisi Australia, dan penderitaan yang diakibatkan perubahan ini terhadap sejumlah warga di komunitas Australia yang sangat peduli dengan masalah ini," tutur Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong dalam keterangan tertulis dari Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Selasa (18/10/2022).

Dia menegaskan kembali posisi pemerintah Australia bahwa Yerusalem merupakan status akhir yang harus diselesaikan sebagai bagian dari negosiasi perdamaian antara Israel dan Palestina. "Kedutaan Besar Australia telah lama berada dan akan tetap berada di Tel Aviv," kata Wong.

Australia berkomitmen terhadap solusi dua negara, di mana Israel dan negara Palestina kelak dapat hidup berdampingan secara damai dan aman dengan perbatasan yang diakui secara internasional.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement