Rabu 19 Oct 2022 12:54 WIB

Hadapi Bencana Cuaca Ekstrem, Ini Instruksi Menko PMK

Bencana tahun ini spektrumnya sangat luas karena berimpitan masalah ekonomi global.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus Yulianto
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menginstruksikan pemenuhan data lapangan yang tepat dan cepat untuk meminimalisasi risiko bencana di Indonesia. Ini disampaikan Muhadjir menyusul terjadinya bencana akibat cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia beberapa waktu terakhir.

Diketahui, dua hari ini jalur lintas selatan Jawa  Timur hingga Bali mengalami banjir besar dan longsor  dan diperkirakan kondisi ekstrem hidrometeorologi ini masih akan berlangsung di hari hari mendatang.

"Semakin cepat kita dapat data lapangan yang real dan clear, kita akan semakin cepat mengambil keputusan dan akan mampu meminimalisasi risiko bencana," ujar Muhadjir dikutip dari website Kemenko PMK usai memimpin Rapat Tingkat Menteri (RTM) Penanggulangan Bencana di Kantor Kemenko PMK, Selasa (18/10) kemarin.

Muhadjir mengatakan, sebagai penentu pengambilan keputusan terhadap langkah mitigasi bencana, data lapangan tanggap bencana harus terus di-update. Selain itu, koordinasi lintas sektor juga harus berjalan dengan baik.

Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, kata Muhadjir, bencana harus dapat diatasi dengan baik. Dia mengatakan, jangan sampai mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, mengingat saat ini Indonesia sedang dalam proses melawan krisis ekonomi global.

Karena itu, hal yang berkaitan langsung dengan kebutuhan pokok dan kelancaran transportasi untuk menyuplai bahan perdagangan, diharapkan tidak terganggu.

"Bencana tahun ini spektrumnya jadi sangat luas karena berimpitan dengan masalah ekonomi global yang sangat tinggi. Mohon koordinasi di lapangan diperkuat sehingga melibatkan semua pihak yang terdampak. Jangan sampai kita gagal fokus dalam penanganan bencana ini sehingga menimbulkan efek yang tidak kita harapkan," katanya.

Sementara itu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sebanyak 227 bencana alam telah terjadi di Indonesia dalam dua minggu terakhir sejak awal Oktober 2022. BNPB mencatat semua kejadian bencana dikategorikan sebagai bencana hidrometeorologi basah.

Dalam kurun waktu 3-16 Oktober 2022, banjir menjadi kejadian bencana yang paling banyak terjadi dalam periode ini disusul tanah longsor dan cuaca ekstrem. Bencana alam tersebut menyebabkan 23 jiwa meninggal dunia, satu jiwa hilang, dan 19 jiwa luka-luka/sakit.

Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto juga  mengimbau agar pemerintah provinsi maupun daerah berkoordinasi dan tidak sungkan menetapkan status tanggap darurat jika terjadi bencana. Selain itu masyarakat juga diminta untuk terus waspada.

"Bagi daerah yang terjadi bencana alam, jangan ragu menetapkan status tanggap darurat. Jangan gengsi, seolah-olah karena tidak mampu, padahal itu tidak ada kaitannya karena bencana tidak bisa dihindari. Kita harus meningkatkan kesiapan dan kewaspadaan," kata Suharyanto.

Adapun hasil analisis dinamika atmosfer terkini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan adanya sirkulasi siklonik yang membentuk pola belokan angin serta perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan pertumbuhan awan hujan.

BMKG mengatakan peningkatan potensi cuaca ekstrem diperkirakan masih akan terus terjadi hingga akhir tahun, terutama pada dasarian I dan dasarian II November 2022. Data tersebut tertera dalam analisis dan prediksi El Niño-Southern Oscillation (ENSO).

Turut hadir dalam RTM, Plt Dirjen Limjansos Kemensos Robben Rico, Deputi bidang Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Fajar Setyawan, Dirjen Cipta Karya KemenPUPR Diana Kusumastuti, Dirjen Bina Marga KemenPUPR Hedy Rahadian, Dirjen SDA Kementerian PUPR Jarot Widyoko, dan Deputi Geofisika BMKG Suko Prayitno. Sementara hadir secara daring Sekjen Kemenkes Kunta wibawa, Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes Azhar Jaya, serta Direktur Manajemen Penanggulangan Bencana dan Kebakaran Kemendagri Edy Suharmanto.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement