REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kasus dugaan pembunuhan yang dilakukan Ferdy Sambo membuat kepercayaan kepada polisi menurun. Namun mayoritas pendukung capres Puan Maharani, Ganjar Pranowo, Prabowo justru tetap percaya pada polisi.
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA, mengatakan berdasarkan survei yang dilakukan lembaganya, kasus Sambo membuat kepercayaan publik terhadap polisi turun.
“Ada penurunan 13 persen, dari sebelumnya 72.1 persen sebelum kasus Sambo ke 59.1 persen setelah kasus Sambo,” kata Denny JA, dalam siaran persnya, Selasa (18/10/2022).
Dijelaskannya, pada 2018, bahkan kepercayaan pada polisi berada pada angka 87.8 persen. Setelah Pilpres 2019, kepercayaan terhadap polisi sudah menurun pada angka 72.1 persen. Dan kasus Ferdy Sambo membuat kasus kepercayaan pada polisi menurun ke 59.1 persen.
Dalam survei itu juga diteliti seberapa besar tingkat kepercayaan pendukung capres terhadap polisi. Pemilih Puan lebih banyak yang percaya terhadap polisi. Masyarakat yang memilih Puan, 69.5 persen menyatakan percaya terhadap polisi. Sebanyak 30.5 persen menyatakan kurang/tidak percaya terhadap polisi.
"Proporsi antara yang percaya dengan yang tidak percaya terhadap polisi di pemilih Puan, mendekati angka 70 persen banding 30 persen,” kata Denny JA.
Pemilih Airlangga Hartarto (AH) lebih banyak yang percaya terhadap polisi. Masyarakat yang memilih AH, 60 persen menyatakan percaya terhadap polisi. Sebanyak 40 persen menyatakan kurang/tidak percaya terhadap polisi.
Pemilih Prabowo juga lebih banyak yang percaya terhadap polisi. Masyarakat yang memilih Prabowo, 59.1 persen menyatakan percaya terhadap polisi. Sebanyak 40 persen menyatakan kurang/tidak percaya terhadap polisi.
Sementara pemilih Anies, yang percaya dan tak percaya polisi hampir sama banyaknya. Masyarakat yang memilih Anies, 49.7 persen menyatakan percaya pada polisi. Sebanyak 47.4 persen menyatakan kurang/tidak percaya terhadap polisi.
"Pemilih Ganjar, lebih banyak yang percaya. Masyarakat yang memilih Ganjar, 66.8 persen menyatakan percaya terhadap polisi. Sebanyak 32.7 persen menyatakan kurang/tidak percaya terhadap polisi,” papar dia.
Kasus Kanjuruhan, menurut Denny JA, ikut menurunkan citra polisi. Polisi disalahkan karena penggunaan gas airmata, yang kadaluwarsa pula.
Dalam kondisi sekarang, mayoritas publik masih menaruh harapan. Sebanyak 85 persen masyarakat berharap polisi dapat meningkatkan kembali kepercayaan publik.
"Sebagai lembaga negara tentu kepercayaan publik penting untuk polisi. Semakin kuat kepercayaan publik, semakin mudah polisi sukses menjalankan perannya,” ungkap Denny.