Ahad 16 Oct 2022 22:54 WIB

Momentum Hari Santri Nasional, Santri Harus Gerakkan Ekonomi Desa

Santri dinilai punya potensi besar dalam menggerakkan roda perekonomian desa.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar, didapuk sebagai pembina apel dalam upacara Hari Santri Nasional dan Parade Budaya Nusantara di Ponpes Ibnu Umar, Pacitan, Jawa Timur, Ahad (16/5).
Foto: Dok Istimewa
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar, didapuk sebagai pembina apel dalam upacara Hari Santri Nasional dan Parade Budaya Nusantara di Ponpes Ibnu Umar, Pacitan, Jawa Timur, Ahad (16/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) setiap 22 Oktober harus menjadi momentum bagi santri untuk mengambil peran dalam memberikan kontribusi bagi bangsa. Santri dinilai punya potensi besar dalam menggerakkan roda perekonomian, khususnya di desa.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar mengatakan, santri berperan besar dalam menggerakkan ekonomi desa. Pondok pesantren yang sebagian besar berada di tengah desa, menjadi pusat perdagangan yang menunjang kesejahteraan warga sekitar.

Baca Juga

Bahkan, lanjut Gus Halim, konsep pembangunan desa berkelanjutan atau SDGs Desa sudah dilakukan oleh para kiyai dan pesantren. Bagi desa, pesantren menopang pencapaian tujuan SDGs Desa ke-4; Pendidikan Desa Berkualitas, serta tujuan SDGs Desa ke-18; Kelembagaan Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif.

"Dengan demikian, pesantren dan santri adalah penyangga kualitas SDM, menggerakkan ekonomi desa, pesantren menunjang dinamika kelembagaan desa dan menopang budaya desa," kata Mendes Halim dalam keterangannya, Ahad (16/10).

Mendes Halim didapuk sebagai pembina apel dalam upacara HSN dan Parade Budaya Nusantara di Ponpes Ibnu Umar, Pacitan, Jawa Timur. Menteri yang akrab disapa Gus Halim ini menerangkan, peringatan HSN adalah sebuah apresiasi dari pemerintah untuk mengenang perjuangan para ulama. Pada 20 Oktober 1945, KH Hasyim Asy'ari mengeluarkan seruan Resolusi Jihad melawan kolonialisme untuk mempertahankan kemerdekaan.

"Inilah suasana yang kita nikmati hari ini adalah atas jasa-jasa beliau. Karena para pendiri NU, para ulama, dan karena jam'iyah NU maka kita hari ini betul-betul menikmati Indonesia yang kebinekaannya sangat dipelihara," ujar Gus Halim.

Lebih lanjut, Gus Halim mengingatkan para santri agar senantiasa meneladani Rais Akbar PBNU, KH Hasyim Asy'ari dengan terus meningkatkan rasa cinta kepada bangsa dan negara dengan sikap dan perilaku sehari-hari. Oleh karena itu, pada momen perayaan HSN ini, Gus Halim mengajak para santri untuk mengenang jasa para ulama dengan terus berkontribusi, berinovasi, dan berkarya di berbagai bidang untuk menggerakkan roda perekonomian nasional, khususnya di desa. 

"Makanya betul yang disampaikan oleh Bapak Presiden, itu hal yang terus menerus menjadi fokus pemerintah yaitu peningkatan SDM dan pertumbuhan ekonomi," katanya.

Mendes Halim juga mengajak para santri untuk ikut menyukseskan Gerakan Bangga Buatan Indonesia. Menurutnya, menggunakan produk lokal adalah cara efektif untuk menghadapi segala jenis ancaman krisis di Indonesia.

"Misalnya bangga buatan Indonesia, cinta produk dalam negeri, selalu memanfaatkan sumber daya lokal dan memberikan penghargaan terhadap kearifan lokal, memberikan apresiasi terhadap kreativitas dan inovasi," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement