Kamis 13 Oct 2022 20:15 WIB

Menlu: G20 tak Boleh Gagal, Taruhannya Besar

G20 tidak boleh gagal, sebab hasil kerjanya ditunggu oleh masyarakat dunia.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia Retno Marsudi mengatakan KTT G20 tidak boleh gagal
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia Retno Marsudi mengatakan KTT G20 tidak boleh gagal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pertemuan puncak para pemimpin negara anggota G20 akan terselenggara 15-16 November mendatang. KTT G20 dipersiapkan secara matang oleh Indonesia selaku presiden G20 di tengah dinamika dunia.

Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengatakan, tugas Indonesia sebagai presiden G20 adalah mengelola agar dinamika yang terjadi di dunia saat ini tidak merusak seluruh bangunan G20. Oleh karenanya, G20 tidak boleh gagal, sebab hasil kerjanya ditunggu oleh masyarakat dunia.

"G20 tidak boleh gagal. Di masa sulit seperti ini, G20 adalah salah satu dari sedikit forum ekonomi dunia yang masih dapat bekerja merespons krisis global saat ini," ujar Retno dalam pengarahan media di Ruang Nusantara, Kemenlu RI, Kamis (13/10/2022).

"Taruhannya terlalu besar jika G20 gagal karena menyangkut nasib dan kesejahteraan miliaran orang di seluruh dunia, terutama di negara berkembang," ujarnya menambahkan.

Indonesia juga terus mengajak negara anggota G20 untuk menunjukkan tanggung jawabnya terhadap dunia. Sebab, menurutnya keberhasilan G20 bukan hanya bisa dipegang di tangan satu ataupun dua negara, namun berada di tangan seluruh anggota G20.

Dalam kondisi dunia yang tidak biasa, seperti pandemi yang belum tuntas, perang di Ukraina, tensi geopolitik yang menajam hingga krisis ekonomi, pangan, energi dan keuangan, maka pembahasan yang harus dilakukan harus berinovasi. Hal ini sejalan dengan komitmen RI dalam memegang keketuaan G20 untuk melakukan yang terbaik untuk hasil nyata.

"Agar G20 menghasilkan kerja sama konkret, yang tidak saja berguna bagi anggotanya tapi bagi dunia terutama bagi negara berkemabng. Ekstra effort komunikasi juga terus dijalankan, di luar negosiasi formal, komunikasi terus dijalankan dan dijalin dengan semua satu per satu dan dalam semua tingkatan," tutur Retno.

Retno mencatat, selama 11 bulan ini, semua pertemuan telah berjalan dengan baik dan dihadiri oleh seluruh anggota G20. Hingga Oktober sudah terlaksana 187 official meeting atau 95 persen pertemuan tingkat menteri, sherpa, tingkat deputi, working group, maupun engagement group.

Pertemuan tingkat menteri sudah terlaksana 18 pertemuan, termasuk pertemuan para menteri luar negeri. Sementara kegiatan side events dan show chasing sudah terlaksana 234 kegiatan atau sekitar 92 persen dari total rencana kegiatan.

Dari terselenggaranya pertemuan-pertemuan tersebut, presidensi Indonesia sudah menekankan pentingnya hasil yang konkret. "Ini sangat penting artinya agar manfaat kerja G20 dapat dirasakan dunia. Kerja kita sebagai presiden, kita fokuskan di konkret deliverable.

Indonesia optimistis hal tersebut terlaksana. Indonesia telah menginisiasi banyak kerja sama konkrit G20 yang akan menjadi bagian penting dari keseluruhan kerja presidensi G20 tahun ini.

"Di awal, semula kita berpikir tanggapanya mungkin tidak luar biasa, namun ternyata untuk kerja sama yang sifatnya konkret tanggapan yang diterima sangat luar biasa," ujar Retno.

"Semua negara anggota G20, negara undangan dan organisasi internasional telah menyampaikan usulan-usulan proyek kerja sama dan saat ini proses kurasi terhadap kerja sama konkrit tersebut masih terus berjalan dan pada saat nya nanti proyek-proyek tersebut akan disampaikan," ujarnya melanjutkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement