Rabu 12 Oct 2022 17:52 WIB

Komnas HAM: Pintu Stadion Kanjuruhan yang Dibuka Kecil

Komnas HAM sebut semua pintu di Stadion Kanjuruhan berukuran kecil yang dibuka.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Bilal Ramadhan
Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam sebut semua pintu di Stadion Kanjuruhan berukuran kecil yang dibuka.
Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam sebut semua pintu di Stadion Kanjuruhan berukuran kecil yang dibuka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengungkapkan, semua pintu yang terdapat di Stadion Kanjuruhan dalam keadaan terbuka saat kericuhan terjadi pada Sabtu (1/10/2022) lalu. Namun, pintu yang terbuka itu berukuran kecil dan hanya bisa dilalui oleh dua orang.

"Yang disebut pintu terbuka cuma ini saja, kecil. Ini masuk dua orang saja. Kalau desak-desakan, dua (orang) juga bisa, cuma ya sesak," kata Komisoner Komnas HAM Choirul Anam dalam konferensi pers di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Rabu (12/10/2022).

Baca Juga

Dalam jumpa pers itu, Anam bahkan menunjukan beberapa foto kondisi pintu di Stadion Kanjuruhan. Ia menjelaskan, pintu di stadion tersebut secara keseluruhan memiliki ukuran 2,7 meter dengan model sliding door atau pintu geser. Tetapi, saat kericuhan terjadi dan penonton mencari akses keluar stadion, hanya pintu kecil dari bagian sliding door itu yang terbuka.

Disebutkan, masing-masing daun pintu kecil itu berukuran 75 sentimeter dan memiliki tinggi 180 sentimeter. Pintu inilah yang dibuka dan menjadi satu-satunya akses bagi para suporter untuk keluar dari stadion.

"Dua pintu ini yang dibuka, ini 75 centimeter (ukuran daun pintu sisi kanan), ini 75 centimeter (ukuran daun pintu sisi kiri), jadi 150 centimeter (keseluruhan luas pintu kecil)," jelas Anam.

Dia melanjutkan, pintu yang lebih besar atau sliding door tersebut memang tidak pernah dibuka. Namun, ia tidak merinci alasan pintu tersebut tak pernah dibuka.

Anam menyebut, berdasarkan temuan Komnas HAM, pintu di Stadion Kanjuruhan yang dibuka memang hanya pintu kecil saja. "Yang dibuka hanya (pintu) yang kecil ini. (Pintu) sliding-nya enggak (dibuka). Jadi secara keseluruhan (pintu di Stadion Kanjuruhan) ini enggak (dibuka sepenuhnya)," papar Anam.

Sementara itu, Anam juga menjelaskan terkait banyaknya saksi yang menyampaikan bahwa saat kericuhan terjadi, pintu di Stadion Kanjuruhan, khususnya pintu nomor 13 dalam keadaan tertutup. Menurut dia, hal ini disebabkan karena kepanikan para penonton, perih di bagian mata, dan dada yang sesak karena tembakan gas air mata.

Hal tersebut ditambah dengan struktur tangga di dalam stadion yang cukup curam. Sehingga membuat para suporter kesulitan melihat dengan jelas kondisi pintu kecil yang terbuka. Apalagi, jelas dia, di depan pintu tersebut banyak orang yang berdesak-desakan untuk keluar.

"Beberapa saksi kunci yang kami dapatkan, yang mau masuk ke pintu 12 dan 13 itu memang sesak. Sehingga, itu kan tangganya curam, kalau kita di sini (berdiri di bagian atas) terus di depan kita ada (banyak) orang, ya pintu kecil itu enggak akan terlihat. Yang terlihat cuma ini saja (pintu geser)," ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara. Dia kembali menegaskan, pintu di Stadion Kanjuruhan sebetulnya terbuka, tapi hanya bagian kecilnya saja. Sedangkan pintu geser yang ukurannya lebih besar tidak dibuka.

"Jadi pintunya, totalnya yang warna biru itu sliding door. Yang dibuka hanya dua daun pintu saja. Jadi slidingnya tidak dibuka," ujar Beka.

Seperti diketahui, Arema FC mengalami kekalahan saat bertemu Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. Kondisi ini menyebabkan dua Aremania turun ke lapangan untuk menguatkan para pemain Arema FC. Namun kedatangan tersebut direspons kurang baik oleh tim pengamanan sehingga memicu suporter lainnya turun ke lapangan.

Bukannya memberikan imbauan, tim pengamanan justru melakukan kekerasan terhadap para suporter. Bahkan, aparat kepolisian memberikan tembakan gas air mata ke sejumlah tribun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement