REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI menyebut, media sosial Indonesia bisa diserbu konten-konten disinformasi dan hoaks dari luar negeri saat gelaran Pemilu 2024. Prediksi ini berkaca dari gelaran Pemilu Amerika Serikat, yang diduga diserang dari Rusia.
Hal itu diungkapkan Ketua Bawaslu RI Rahmat Bagja saat konferensi pers usai menutup Sidang Pleno Kelima Global Network on Electoral Justice (GNEJ) di Badung, Bali, Selasa (11/10/2022).
Awalnya, Bagja mengatakan bahwa dalam sidang pleno yang diikuti peserta dari 31 negara itu turut dibahas soal serbuan konten disinformasi ke media sosial AS saat Pilpres 2020. Ketika itu, pihak yang dituduh menyemburkan konten hoaks dan memecah belah adalah Rusia.
"Apakah (serangan seperti itu) bisa terjadi di Indonesia atau negara lain? Itu bisa. Misalnya buzzer muncul di negara lain, tapi kontennya muncul di media sosial di Indonesia," kata Bagja.
Hal itu memungkinkan terjadi, kata Bagja, karena dunia internet adalah dunia tanpa batas. Serbuan konten disinformasi dan hoaks bisa datang dari negara mana saja.
Kendati berpeluang terjadi, Bagja memastikan pihaknya akan melakukan upaya pencegahan. "Pasti kita akan kerja sama dengan Polri dan Kominfo untuk menutup akses Indonesia terhadap serangan-serangan politisasi SARA melalui media sosial atau melalui buzzer, termasuk dari negara lain," ujarnya.
Bagja menambahkan, pihaknya juga akan mencegah data base Bawaslu diretas. Pihaknya akan bekerja sama dengan Badan Siber Sandi Negara (BSSN) dan juga Kominfo. "Kalau menyerang macam hacker Bjorka, ya silakan saja," katanya sesumbar.