Selasa 11 Oct 2022 13:51 WIB

SBY Ingatkan Potensi Krisis Keamanan, Ekonomi, dan Lingkungan

Situasi dunia akan makin runyam jika geopolitik di Asia Timur yang sudah panas. 

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Agus Yulianto
Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Foto: Antara/Asprilla Dwi Adha
Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, ada dua berita buruk untuk dunia saat ini. Pertama, resesi ekonomi global yang sepertinya bakal terjadi, berdasarkan pernyataan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF). Kedua, perang di Ukraina makin membahayakan bagi keamanan internasional.

"Resesi ekonomi global pasti makin memukul kehidupan semua bangsa, yang saat ini sudah dalam keadaan susah. Jika perang di Ukraina makin liar dan tidak terkendali, terjadinya perang dunia disertai penggunaan senjata nuklir bisa menjadi kenyataan," ujar SBY lewat akun Twitter resminya, Selasa (11/10).

Dampak buruk jika krisis ekonomi global terjadi akan disertai cost of living crisis dan perang besar terjadi di Eropa yang melibatkan Amerika Serikat dan sekutunya. Tentunya, hal tersebut tidak ingin mengalami lagi great depression sebelum Perang Dunia II dulu.

"Situasi dunia akan makin runyam jika geopolitik di Asia Timur yang sudah panas akhirnya menjadi konflik militer terbuka Tiongkok vs Taiwan dan pendukungnya, termasuk AS. Ingat, Perang Dunia II dulu, mandala besarnya ada di Eropa dan Asia," ujar SBY.

Jika keadaan makin tidak terkendali, sementara pandemi Covid-19 masih ada, penyelamatan bumi dari pemanasan global akan berpotensi gagal. Karena dunia tidak lagi peduli dan bukan prioritas.

"Dunia bisa alami triple crises, keamanan, ekonomi, dan lingkungan. Wahai para pemimpin dunia, termasuk PBB, bertindaklah secara nyata (do something concretely) untuk selamatkan dunia kita," ujar SBY

"Inaction is immoral, gunakan Forum G20 di Bali to save our world, to save our planet. Turunkan ego masing-masing. Negosiasi dan perundingan adalah jawaban," sambung Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement