Selasa 04 Oct 2022 08:50 WIB

Duka Orang Tua Korban Tragedi Kanjuruhan, Anak Perempuan Satu-satunya Berpulang

Aris mengatakan petugas seharusnya melindungi penonton.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Israr Itah
Simpati dan rasa duka atas tragedi Kanjuruhan juga dirasakan oleh warga binaan di Rumah Tahanan Kelas 1 Labuhan Deli, Kota Medan, Sumatera Utara.
Foto:

 

Sekitar 20 menit, pintu rumah Aris tiba-tiba terbuka. Bukannya suara jejak kaki anak kandungnya yang terdengar tetapi justru suara keramaian. Dari sinilah, Aris dan istri baru mengetahui bahwa anaknya sudah meninggal. Dia yang baru saja terbangun dari tidurnya dan tak tahu rusuh di Stadion Kanjuruhan hanya mampu terpaku menyaksikan anaknya sudah terbujur kaku.

Menurut Aris dan Kariyah, jenazah anaknya memang tidak sempat dibawa ke rumah sakit. Riya yang sudah meninggal di tempat langsung dibawa oleh kepala desa ke rumahnya. Pada saat tiba di rumah, mereka bisa melihat bagaimana sang anak terbujur kaku dengan wajah dan leher terlihat membiru akibat gas air mata.

Akibat kejadian ini, Aris dan Kariyah harus kehilangan anak satu-satunya. Sebelumnya, mereka sudah kehilangan anak pertamanya pada 2013 lalu. Namun kini dia harus kembali kehilangan anak terakhirnya yang begitu disayangi.

Aris berharap peristiwa ini menjadi yang terakhir di manapun berada. Dia juga meminta petugas kemanan untuk seharusnya melindungi penonton. Bukan menjadi pemicu tragedi yang menyebabkan ratusan orang meninggal dunia.

Aris meyakini penyebab kematian para korban karena gas air mata. Informasi ini sudah bukan rahasia lagi di masyarakat umum. "Jelas saya kecewa. Masalahnya itu bukan orang demo. Mereka melakukan kesalahan apa? Melakukan kerusakan apa? Tidak ada kan?" kata dia bertanya..

Saat ini, Aris hanya bisa ikhlas dan pasrah menerima kehilangan tersebut. Dia juga tak memiliki keinginan untuk melaporkan tersebut ke posko pengaduan. Aris mengaku tidak mengenal hukum dan khawatir memperuncing masalah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement