REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepemimpinan Nadiem Makarim sebagai seorang menteri dinilai bermasalah. Dia dinilai tidak cocok menjabat sebagai seorang Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) dengan gaya kepemimpinan yang acap kali membuat blunder dengan gaya komunikasinya.
"Kalau boleh saya katakan Pak Nadiem dua tahun memang sudah tidak cocok jadi menteri. Kasihan negeri ini kalau menteri pendidikan terus-terusan seperti itu," ujar Waketum III Koordinator Bidang Pendidikan dan SDM NU Circle, Ahmad Rizali.
Menurut Ahmad, Nadiem memiliki pola pikir yang memang dimiliki oleh orang-orang yang berasal dari perusahaan start-up. Di mana dalam bertindak melakukan sesuatu berharap diberikan masukan, lalu dikembalikan untuk kemudian diperbaiki lebih lanjut.
"Tidak takut salah. Kalau menyampaikan sesuatu salah, dikritik saja. Tapi buat saya seorang pejabat negara itu tidak boleh seperti itu. Karena pejabat negara itu harus mendekati perfect. Apa yang diucapkan itu sering menjadi sebuah kebijakan," jelas Ahmad.
Di samping itu, dia meragukan apa yang sudah dilakukan Nadiem sejauh ini di Kemendikbudristek akan berjalan berkelanjutan. Sebab, Nadiem tidak mengubah budaya yang ada di dalam kementeriannya, yang akan menjadi kebiasaan lalu menjadi budaya birokrasi yang baru. Dia lebih memilih memercayai pihak eksternal.
"Sustainability dari pendidikan inilah yang harus dipertanyakan. Coba katakan ketika leadership-nya bagus, dia bisa mengubah, tapi coba saja lihat produk-produknya. Setiap ada kebijakan pasti ribut. Karena itu, tadi menurut saya leadership itu kan komunikasinya mesti baik. Komunikasi beliau itu buruk," kata dia.