REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Puteri Komarudin mengatakan bahwa partainya fokus pada isu-isu strategis yang dikemukakan oleh para pemilih muda. Isu itu di antaranya isu lapangan kerja, demokrasi, kemiskinan, hingga lingkungan.
"Memang itu juga isu-isu yang menjadi fokus kami di Partai Golkar dan kalau misalnya kita lihat lagi sejarahnya bahwa Partai Golkar adalah salah satu partai tertua yang memang sudah menjadi bagian dari pembangunan Indonesia," ujar Puteri dalam diskusi yang digelar Center for Strategic and International Studies (CSIS), Senin (26/9/2022).
Isu-isu tersebut juga menjadi fokus dari para anggota DPR Fraksi Partai Golkar ketika menyerap aspirasi masyarakat. Sebab, Partai Golkar menginginkan kemajuan ekonomi dan juga peningkatan kesejahteraan terjadi di Indonesia.
"Hal-hal yang ingin kita capai tentunya, salah satunya kita ingin Indonesia menjadi negara yang berpendapatan tinggi. Kita keluar dari middle income trap yang sekarang menjadi salah satu fokusnya," ujar Puteri.
"Jadi pembangunan Indonesia yang tidak java sentris, tapi merata sampai dengan ke daerah terpencil dan terluar," sambungnya.
Di samping itu, ia berharap agar presiden di periode berikutnya dapat memanfaatkan bonus demografi. Jika kesempatan tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik, tentu akan sulit bagi Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan di bidang lapangan kerja, demokrasi, kemiskinan, hingga lingkungan.
"Jadi kalau permasalahan lapangan kerja, ekonomi yang produktif, penggunaan anggaran yang tepat sasaran, itu tidak kita selesaikan dan masalah terkait data bantuan sosial yang sekarang banyak menimbulkan dinamika itu tidak terselesaikan, 10 tahun lagi kita akan mengalami kesulitan untuk mengambil potensi maksimum dari bonus demografi ini," ujar anggota Komisi XI DPR itu.
Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS Arya Fernandes mengatakan bahwa pemilihan umum (Pemilu) 2024 akan memasuki era baru. Salah satunya dikarenakan pemilih muda di rentang usia 17-39 tahun yang diprediksi mencapai 60 persen.
"Indonesia masuki era baru dalam Pemilu 2024 yang ditandai dengan karakter pemilih muda yang dinamis, adaptif, dan perhatian pada isu-isu domestik dan global, seperti kesehatan, lingkungan, ketenagakerjaan, demokrasi, dan pemberantasan korupsi," ujar Arya.
Era baru tersebut juga akan menandai perubahan arah kebijakan politik pasca 2024. Dengan pemilih muda yang lebih responsif terhadap berbagai kebijakan pemerintah, seperti di sektor kesehatan, lingkungan, dan ketenagakerjaan.
Hal tersebut akan membuat proses pembuatan kebijakan harus kolaboratif dan mendengarkan aspirasi eksternal. Era baru tersebut juga akan memunculkan animo pemilih muda untuk aktif dalam politik formal, seperti mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif.
"Namun, belum tersedia mekanisme politik di internal partai yang memungkinkan mereka berpartisipasi aktif. Seperti masih rendahnya ketertarikan mereka menjadi kader atau anggota partai," ujar Arya.
Hasil survei CSIS menunjukkan bahwa para pemilih muda, yakni orang yang berusia 17 hingga 39 tahun, menuntut sejumlah kompetensi utama yang harus dimiliki oleh presiden periode 2024-2029. Ketiganya, yakni kemampuan membuat perubahan (28,7 persen), kemampuan memimpin di saat krisis (21,0 persen), dan kemampuan membuat kebijakan yang inovatif (12,2 persen).
CSIS juga memaparkan karakter pemimpin yang diminati oleh para pemilih muda. Mayoritas responden menilai bahwa Indonesia membutuhkan karakter pemimpin yang jujur dan tidak korupsi.
CSIS memaparkan enam isu strategis yang menjadi perhatian bagi pemilih muda. Yakni, isu kesejahteraan masyarakat (44,4 persen), lapangan pekerjaan (21,3 persen), pemberantasan korupsi 15,9 persen, demokrasi dan kebebasan sipil 8,8 persen, kesehatan 6,2 persen, dan lingkungan hidup 2,3 persen.
CSIS melakukan surveinya pada 8 hingga 13 Agustus 2022 dengan jumlah responden sebanyak 1.200 orang. Populasi survei adalah penduduk Indonesia yang tersebar di 34 provinsi dan berusia 17-39 tahun.
Metode yang digunakan adalah multistage random sampling dan wawancara dilakukan secara tatap muka menggunakan kuesioner oleh enumerator. Margin of error sebesar 2,84 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.