REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengakui bahwa ia salah menggunakan frasa 'shadow organization' atau organisasi bayangan dalam pertemuan di Markas PBB, Amerika Serikat. Kata yang dimaksudnya sejatinya adalah 'mirroring' untuk menjalin kerja sama dengan internal dalam mendorong penerapan platform teknologi.
"Ada satu kesalahan dalam menggunakan kata 'shadow organization' , yang saya maksud itu organisasi 'mirroring' terhadap kementerian kami. Artinya setiap dirjen yang menyediakan layanan bisa menggunakan tim yang bekerja sama untuk mendorong dan menerapkan kebijakan melalui platform teknologi," ujar Mendikbudristek Nadiem Makarim dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR yang dipantau di Jakarta, Senin.
Penggunaan frasa tersebut membuat heboh masyarakat yang menilai 'shadow organization' tersebut menyalahi susunan organisasi dan tata kerja yang ada di kementerian. Organisasi yang dimaksud adalah GovTech Edu yang merupakan bagian dari PT Telkom.
"Kebijakan melalui platform teknologi itu yang dipuji-puji negara maju dengan inovasi-inovasi yang kami lakukan. Bukan kita meluncurkan suatu produk, tetapi bagaimana cara birokrasi kami bekerja," terang dia.
Nadiem menambahkan pada pejabat di kementerian memperlakukan organisasi tersebut sebagai mitra. Meskipun seluruh keputusan ada di keputusan pada dirjen dan direktur, tetapi pekerjaan dilakukan dengan filsafat kemitraan atau gotong royong.
"Saya ingin mengucapkan sekali lagi, bahwa ini merupakan aspirasi saya sebagai pemimpin. Bukan hanya berbicara dengan mengajarkan negara lain terkait apa yang dilakukan Indonesia. Harapan kami, ini bisa berbagi dengan Pemda dan kementerian lainnya," tambah dia.
Sebelumnya, Nadiem menjelaskan bahwa pihaknya memiliki 400 orang product manager, software engineer, dan data scientist yang bekerja sebagai 'shadow organization' dan melekat untuk kementerian.