Selasa 20 Sep 2022 00:30 WIB

BNPB Catat 45 Bencana Hidrometeorologi Basah-Kering Sepekan Terakhir

Jumlah ini lebih banyak dibandingkan sepekan sebelumnya sebanyak 36 kali.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Andi Nur Aminah
Awan hitam menggelayut di atas Bandung Raya. Masyarakat juga diimbau waspada akan potensi bencana hidrometeorologi. (ilustrasi)
Foto: Edi Yusuf/Republika
Awan hitam menggelayut di atas Bandung Raya. Masyarakat juga diimbau waspada akan potensi bencana hidrometeorologi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat terjadi 45 kali bencana selama sepekan terakhir dari kurun 12 hingga 18 September 2022. Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan jumlah ini lebih banyak dibandingkan sepekan sebelumnya sebanyak 36 kali.

"Selama sepekan ini kita mengalami 45 kali bencana, ini lebih banyak dari pekan lalu. Pekan lalu itu 36 kali, sebelumnya pernah 46 kali di minggu terakhir Agustus. Kejadian banjir cukup besar termasuk juga kebakaran hutan," kata Abdul Muhari dalam Disaster Briefing secara virtual, Senin (19/9/2022).

Baca Juga

Abdul Muhari menjelaskan, variabel kejadian bencana di pekan ini 100 persen bencana hidrometeorologi baik itu basah maupun kering. Antara lain banjir, kebakaran hutan, cuaca ekstrim, tanah longsor dan kekeringan.

"Perbandingannya 50 atau sepertiga dari hampir ya lebih kurang, kurang dari sepertiga dari bencana itu adalah hidrometeorologi kering. Sedangkan sisanya adalah hidrometeorologi basah," ujar Abdul Muhari.

Dia melanjutkan, secara distribusi bencana terjadi di beberapa wilayah pekan ini. Di antaranya, semua provinsi di Kalimantan mengalami banjir.

"Kalau Minggu lalu Kaltara itu tidak mengalami banjir, minggu ini mengalami banjir di Nunukan tanggal 12," ujarnya.

Kemudian di Aceh terjadi kebakaran hutan dan lahan serta cuaca ekstrem di Jawa. "Artinya ini hampir seluruh dari Sumatra ini mengalami hidrometeorologi basah dan kering. Demikian juga Jawa dan Kalimantan. Kalimantan ada kebakaran hutan di Hulu Sungai Selatan tanggal 17 sisanya banjir," ujarnya.

Karena itu, kata Abdul Muhari, kejadian ini menjadi perhatian BNPB. Sudah hampir dua bulan fase bencana hidrometeorologi kering dan hidrometeorologi basah terjadi bersamaan.

"Ini yang menjadi perhatian kita karena sudah hampir dua bulan berturut-turut kita mengalami fase-fase dimana kita ada kejadian bencana hidrometeorologi kering tetapi juga ada hidrometeorologi basah," ujarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement