Rabu 24 Aug 2022 16:56 WIB

Ketua MUI Minta Para Dukun Hentikan Praktik Perdukunan dan Kembali kepada Ajaran Islam

Ketua MUI mengapresiasi Pesulap Merah yang membongkar trik perdukunan.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Karta Raharja Ucu
Magician Marcel Radhival. Pesulap Merah terlibat perseteruan dengan Gus Samsudin Jadab.
Foto: istimewa
Magician Marcel Radhival. Pesulap Merah terlibat perseteruan dengan Gus Samsudin Jadab.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Masyarakat khususnya umat Islam Indonesia dalam beberapa pekan terakhir dihebohkan perseteruan antara para dukun dengan Pesulap Merah yang membongkar trik para dukun untuk mengelabui pasiennya. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun angkat bicara mengenai perseteruan antara Jindan, Samsuddin dengan Pesulap Merah.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Dr Utang Ranuwijaya meminta bagi mereka yang berseteru Muslim, hendaknya mengembalikan persoalan yang diperselisihkan kepada ajaran Islam, khususnya yang terkait dengan akidah. “Jika mereka berpegang teguh kepada ajaran Islam maka perseteruan itu tidak akan terjadi secara berkelanjutan dan akan berakhir dengan perdamaian atas sadar kesadaran setiap pihak,” kata Prof Utang kepada Republika.co.id, Senin (22/8/2022).

Utang menjelaskan egoisme atau ananiyyah dari para kelompok, organisasi, atau komunitas apa pun kerap kali membawa perselisihan yang bisa menimbulkan banyak kerusakan atau mafsadat. Karena itu, semua pihak yang berselisih bisa menekan egoismenya masing-masing sehingga tidak menimbulkan kerugian dan kerusakan bagi kedua belah pihak.

Dia mengapresiasi tindakan Pesulap Merah yang dinilai bisa memberantas praktik perdukunan. Pesulap Merah disarankan untuk membongkar praktik perdukunan dengan pola komunikasi dan pola ajakan atau dakwah dengan lebih baik dan santun. "Sehingga niat dan tujuan memberantas kemusyrikkan bisa berhasil tanpa menimbulkan reaksi dari pihak yang keberatan,” ujar Prof Utang.

photo
Samsudin Jalani Pemeriksaan Terkait Laporan terhadap Pesulap Merah - (Dadang Kurnia)

Prof Utang pun meminta para dukun atau yang berkedok ulama yang masih mempraktikkan perdukunan dalam membantu penyembuhan pasien atau melakukan trik khusus yang mengelabui pasien, hendaknya segera berhenti. Ini bisa kembali pada pengobatan ala Nabi Muhammad yang disebut dengan Thibbun Nabawi seperti yang sudah dipraktikkan oleh para ulama, habaib, dan asatidz yang berpegang teguh pada Alquran dan sunnah Nabi.

Rasulullah SAW bersabda “Aku tinggalkan kepada kamu (umatku) dua perkara. Jika kamu berpegang teguh kepada keduanya maka niscaya kamu tidak akan tersesat untuk selama-selamanya. (Dua perkara itu adalah) Alquran dan sunah,” (HR Muslim).

Selain itu, Utang meminta bagi umat Islam agar selalu meningkatkan pengetahuan tentang akidah secara benar. Sebab, persoalan akidah adalah persoalan pondasi dan fundamental dalam beragama.

“Siapa yang kuat pondasinya, maka dia akan kuat dan kokoh dalam beragamanya sehingga tidak akan terpengaruh oleh upaya apa pun yang akan mengganggu ketauhidan dirinya kepada Allah SWT,” ucap dia.

Lebih lanjut, dia juga meminta para aparat mengantisipasi dan meminimalkan dampak negatif yang terjadi akibat dari benturan kepentingan dan benturan sosial yang bisa saja terjadi. Apalagi, kata dia, jika ada pihak-pihak yang turut memancing di air keruh. "Karena ini akan menimbulkan kegaduhan sosial dan mengganggu kenyamanan dan keamanan masyarakat,” ucap Prof Utang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement