REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengingatkan, siapapun dan umur berapapun bisa tertular cacar monyet. Kendati demikian, risikonya berbeda-beda.
"Siapa saja, umur berapa saja, dan jenis kelamin apa saja bisa terinfeksi cacar monyet. Namun, risikonya berbeda-beda setiap orang atau kelompok," kata Dicky kepada Republika, Senin (22/8/2022).
Ia menambahkan, orang dan kelompok yang berisiko terbesar terpapar cacar monyet di Indonesia dan dunia adalah kelompok gay, biseksual, atau pria yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki.
Ini termasuk pekerja seks laki-laki atau perempuan karena melakukan hal yang berisiko untuk tertular cacar monyet karena kontak dengan orang yang tak dikenal, kontak intim, kontak erat meski menggunakan pengaman kondom.
Sebab, dia melanjutkan, cacar monyet bukanlah penyakit menular seksual melainkan penyakit kulit dan kontak tubuh akan menularkan virus ini. Ini termasuk yang melakukan kontak erat dengan kelompok gay, biseksual, ataupun pelaku hubungan seksual yang tidak sehat.
"Merekalah yang memiliki peluang terbesar untuk tertular cacar monyet," ujarnya.
Ia menyontohkan di Eropa ada kelompok gay, biseksual. Kemudian, begitu ada event kelompok ini dari berbagai macam wilayah dan mereka mendatanginya ditambah dengan perilakunya bebas. Kemudian, ini yang kemudian menjadi klaster dan infeksi ini menyebar.
Sementara itu, bagi pekerja seks juga memiliki risiko karena kontak dengan 'pelanggan'. Kemudian, ia juga mengingatkan masyarakat yang suka melakukan seks bebas dengan siapa saja, bahkan dengan orang tidak dikenal juga berisiko tertular cacar monyet.
Lebih lanjut, Dicky meminta perilaku masyarakat harus diperbaiki. Bukan hanya memakai masker, mencuci tangan atau menerapkan protokol kesehatan (prokes) 5M tetapi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam segala aspek, termasuk perilaku seksual yang sehat.
"Perilaku sehat ini bertanggung jawab dengan pasangan tetap, tidak bergonta-ganti, apalagi tak tahu asal-usulnya," katanya.