Ahad 21 Aug 2022 17:56 WIB

Analisis BMKG Mengapa Hujan Lebat Terus Terjadi pada Musim Kemarau

Kondisi iklim saat ini sesuai dengan prediksi BMKG pada Maret 2022.

Warga berjalan menggunakan payung saat hujan lebat di kawasan Sarinah Thamrin, Jakarta. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menilai terus turunnya hujan lebat pada musim kemarau tahun ini bagian dari dampak perubahan iklim. (ilustrasi)
Foto:

Analis Klimatologi BMKG, Supari menjelaskan, fenomena La Nina yang saat ini berada pada intensitas lemah (indeks sebesar -0.91), diprakirakan masih akan berlanjut setidaknya hingga periode September-November 2022. Sedangkan, fenomena IOD negatif yang berlangsung sejak Juni 2022 diprakirakan dapat bertahan hingga akhir tahun 2022.

Supari menambahkan, analisis terhadap variabilitas suhu muka laut Indonesia menunjukkan, bahwa terdapat kontribusi besar dari proses pemanasan global pada kenaikan suhu muka laut yang telah berlangsung sejak pertengahan April 2022. Selain disebabkan oleh proses alamiah fenomena La Nina.

"Kondisi ini menunjukkan bahwa anomali iklim yang dirasakan di Indonesia saat ini merupakan bagian indikasi dampak perubahan iklim. Kondisi suhu muka laut yang hangat ini diprakirakan akan terus terjadi hingga Oktober-November 2022," ujar dia.

Akibat ketiga faktor alam tersebut, hingga periode November 2022, potensi pembentukan siklon tropis di wilayah belahan bumi utara (BBU) Indonesia masih cukup signifikan. Sehingga, dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca ekstrem dan gelombang tinggi di wilayah Indonesia masih harus diwaspadai terutama di wilayah Indonesia bagian utara ekuator, seperti Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, Kalimantan Barat, Sumatera Utara.

Sedangkan, sebagian wilayah Indonesia selatan ekuator, seperti Bali, Nusa Tenggara dan sebagian wilayah Jawa kondisi cuaca umumnya cerah hingga berawan dengan potensi hujan relatif kecil untuk sepekan ke depan.

Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi Guswanto menjelaskan untuk periode sepekan ke depan, dinamika atmosfer skala regional yang meliputi fenomena gelombang atmosfer dan pola-pola tekanan rendah, masih berpotensi dalam memicu peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia, terutama di wilayah Sumatera bagian Tengah dan Selatan, Kalimantan Tengah, Selatan, dan Timur, serta Sulawesi Selatan. 

Sedangkan sebagian wilayah Indonesia selatan ekuator seperti Bali-Nusa Tenggara dan sebagian wilayah Jawa kondisi cuaca umumnya cerah hingga berawan dengan potensi hujan relatif kecil.

"Fenomena iklim global dan kami berharap seluruh masyarakat untuk terus mengikuti perkembangan informasi cuaca dan iklim yang disebarluaskan oleh BMKG agar risiko yang mungkin terjadi terkait cuaca atau iklim ekstrem dapat diminimalisasi," ujar Guswanto.

 

photo
57 juta jiwa terdampak ketidakpastian iklim. - (ifrc)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement