Kamis 18 Aug 2022 13:45 WIB

Komnas HAM akan Memastikan Saksi Kasus Paniai tidak Terbebani

Kejaksaan Agung telah melimpahkan berkas perkara dugaan pelanggaran HAM berat Paniai.

Wakil Ketua Eksternal Komnas HAM Amiruddin Al Rahab (kanan)
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Wakil Ketua Eksternal Komnas HAM Amiruddin Al Rahab (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI berupaya memastikan setiap pihak yang akan bersaksi di persidangan terkait kasus dugaan pelanggaran HAM berat Paniai, Papua, tidak terbebani. Sebelumnya, Kejaksaan Agung telah melimpahkan berkas perkara dugaan pelanggaran HAM berat Paniai ke pengadilan.

"Penting memastikan supaya korban yang akan bersaksi atau saksi itu sendiri tidak terbebani secara psikologis untuk menghadiri panggilan majelis hakim," kata Wakil Ketua Komnas HAM RI Amiruddin dalam diskusi "Pelindungan untuk Saksi di Pengadilan HAM Peristiwa Paniai" di Jakarta, Kamis (18/8/2022).

Baca Juga

Pada 15 Juni 2022, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung telah melimpahkan berkas perkara atas nama terdakwa IS dalam perkara dugaan pelanggaran HAM berat Paniai ke Pengadilan Negeri (PN) Kelas 1A Khusus Makassar, Sulawesi Selatan. Amiruddin berpandangan apabila negara, termasuk Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), tidak bisa memberikan rasa aman bagi saksi atau korban dalam memberikan kesaksian, maka proses sidang peristiwa Paniai bisa berjalan tidak maksimal.

Apalagi, lanjutnya, jika melihat lokasi peristiwa di Papua sedangkan persidangan digelar di Makassar, maka hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi LPSK. Oleh karena itu, sejak awal perlu penegasan terkait siapa yang akan bertanggung jawab untuk menghadirkan saksi di depan majelis hakim. 

 

Hal itu, tambahnya, tentu saja termasuk dengan akomodasi dan lain sebagainya yang dibutuhkan oleh para saksi. "Tentu ini jadi tantangan bagi LPSK," ujarnya.

Jika hal tersebut telah dipenuhi oleh negara, dalam hal ini LPSK, maka saksi maupun korban tidak terbebani untuk memberikan kesaksian di pengadilan. Amirudin mengatakan, proses persidangan di pengadilan dianggap adil atau tidak tergantung pada kualitas kesaksian dan kehadiran saksi secara optimal.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement