REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau disingkat Perum Bulog memandang penghargaan yang Indonesia peroleh dari International Rice Research Institute (IRRI) menjadi bukti produksi beras nasional meningkat yang ditandai tiga tahun tanpa impor beras.
"Dengan prestasi ini artinya produksi beras nasional meningkat dan memiliki cadangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, seperti operasi pasar, tanggap darurat, bencana, dan kebutuhan pemerintah lainnya," kata Direktur Rantai Pasok dan Pelayanan Publik Bulog Mokhamad Suyamto, Selasa (16/8/2022).
Pada 14 Agustus 2022, IRRI menyerahkan penghargaan sistem pertanian, pangan tangguh, dan swasembada beras tahun 2019 sampai 2021 melalui penggunaan teknologi inovasi padi kepada pemerintah Indonesia. Penghargaan itu diserahkan oleh Direktur Jenderal IRRI Jean Balie kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta.
Suyamto menyampaikan selama tiga tahun terakhir, pemerintah tidak impor beras umum seiring dengan pencapaian swasembada tersebut. Sampai akhir tahun 2021, Badan Pusat Statistik mencatat total luas panen mencapai 10,41 juta hektare dan total produksi gabah kering giling mencapai 54,42 juta ton.
Tidak hanya itu, rata-rata produktivitas padi di Indonesia juga mengalami perbaikan. Pada 2021, produksi padi sebanyak 5,23 ton per hektare, meningkat dari tahun 2020 yang sebelumnya mencapai 5,13 ton per hektare. Swasembada beras ini memudahkan Bulog dalam menjalankan tugas-tugas pemerintah, terutama dalam mengelola cadangan beras nasional. Dengan cadangan beras pemerintah itu pula Bulog bertanggung jawab untuk menjaga harga beras di pasar stabil.
"Saat panen, Bulog membeli gabah dari petani dan disimpan sebagai cadangan. Sedangkan saat tidak panen, stok beras tersebut disalurkan untuk stabilisasi harga di tingkat konsumen," ujar Suyamto.
Lebih lanjut ia menyarankan pemerintah untuk terus meningkatkan produksi beras baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi agar prestasi tersebut bisa dipertahankan dalam jangka panjang. "Perlu dilakukan diversifikasi pangan untuk mengurangi konsumsi beras. Indonesia kaya sumber karbohidrat selain beras, seperti jagung, sorgum, singkong, dan pangan pokok lainnya," kata Suyamto.