Jumat 05 Aug 2022 08:30 WIB

Akademisi Sarankan Provinsi Aceh Harus Lebih Perkuat Ekonomi Syariah

Pertumbuhan ekonomi Aceh selalu tertinggal dari pertumbuhan ekonomi secara nasional.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Masyarakat bercengkerama di Masjid Raya Baiturrahman saat libur Idul Adha di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, 12 Juli 2022.
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Masyarakat bercengkerama di Masjid Raya Baiturrahman saat libur Idul Adha di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, 12 Juli 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Akademisi Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Syiah Kuala, Prof M Shabri Abd Majid mengatakan, Provinsi Aceh harus memperkuat ekonomi syariah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pernyataan tersebut dikemukakannya pada seminar nasional Forum Ekonomi Syariah Aceh.

"Aceh sudah menerapkan ekonomi syariah. Ekonomi syariah ini harus lebih diperkuat lagi guna meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat," kata Shabri di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Kamis (4/8/2022).

Baca: Logo Halal Kemenang Kontroversial, Ilustrator Buat Logo Halal Khas Aceh Sampai Papua

Dalam forum yang dihadiri kalangan akademisi, pemerintahan, politisi, dan masyarakat umum, Shabri selaku ketua Dewan Syariah Aceh mengatakan, saat ini perekonomian Provinsi Aceh sedang bermasalah. Dana yang diterima dari pemerintah pusat begitu besar, tetapi tidak mampu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

"Korupsi masih saja terjadi. Angka pengangguran dan kemiskinan masih tinggi. Pertumbuhan ekonomi Aceh selalu tertinggal dari pertumbuhan ekonomi secara nasional," kata Shabri. Menurut dia, kondisi itu terjadi karena kinerja perekonomian Provinsi Aceh bermasalah.

Baca: Kejutan Spesial Pesan Steak Dapat Bonus dan Dijamin Halal

Namun, permasalahan itu jangan dikaitkan dengan ekonomi syariah. Persoalan yang terjadi adalah karena pengelolaannya yang tidak baik. "Aceh memiliki potensi perekonomian syariah. Sebab, masyarakat Aceh mayoritas Islami. Perekonomian syariah di Aceh juga didukung dengan regulasi, walau belum sepenuhnya lengkap. Tapi, ini tentu sudah menjadi modal," kata Shabri.

Dia mencontohkan, pada masa lalu Aceh maju dengan perekonomian syariah. Aceh pada masa lalu menjadi pusat perniagaan dunia. Saat itu, menurut Shabri, Aceh juga memiliki mata uang emas dan termasuk kerajaan besar Islam di dunia saat itu.

"Namun begitu, kami yakin ke depannya Aceh mampu menerapkan ekonomi syariah yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena itu, kami mengajak seluruh elemen masyarakat Aceh untuk terus memperkuat perekonomian syariah," kata Shabri.

Baca: Logo Halal Indonesia Terbaru Ada Sentuhan Budaya, Bentuknya Paling Beda di ASEAN

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement