Kamis 04 Aug 2022 18:55 WIB

Jadi Sebenarnya, Cacar Monyet Sudah Masuk Indonesia atau Belum?

IDI menilai cacar monyet sudah masuk Indonesia hanya saja belum terdiagnosis.

Ilustrasi foto pada 1997 ini disediakan oleh CDC selama penyelidikan wabah cacar monyet, yang terjadi di Republik Demokratik Kongo (DRC), sebelumnya Zaire, dan menggambarkan permukaan punggung tangan pasien kasus cacar monyet, yang menunjukkan munculnya ruam khas selama tahap penyembuhannya. Cacar monyet atau Monkeypox saat ini tengah mewabah di beberapa negara. (ilustrasi)
Foto:

 

Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban mengatakan kemungkinan besar penyakit cacar monyet sudah masuk ke Indonesia, tetapi belum terdeteksi.

"Ada kemungkinan cukup besar, masih mungkin, estimasi mungkin cukup besar bahwa sebetulnya di kita sudah ada, namun belum terdeteksi," kata Prof Zubairi saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Menurutnya, sudah lebih dari 75 negara melaporkan kasus cacar monyet di negaranya. Sehingga Indonesia kemungkinan juga sudah memiliki kasus yang tidak terdeteksi.

"Mestinya ada kemungkinan besar, sudah ada, cuman belum terdiagnosis," katanya.

Dia menjelaskan salah satu penyebab tidak terdeteksinya cacar monyet adalah jenis penyakit ini masih baru. Sehingga, banyak dokter dan masyarakat yang tidak mengenal gejalanya.

"Jadi, ada kemungkinan cacar monyet, namun diduga oleh pasien, keluarga maupun layanan kesehatan sebagai penyakit lain," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya mendorong pemerintah menyediakan hotline untuk melaporkan kasus yang diduga cacar monyet. "Harus ada hotline, jadi kalau curiga ini (cacar monyet) hubungi nomor sekian, nanti akan tindaklanjuti, misalnya dinas kesehatan akan menindaklanjuti, akan mengambil contoh dari kelainan kulit yang ada, kemudian dikirim ke laboratorium rujukan, apakah ini virus cacar monyet atau bukan," katanya.

Pengurus Besar (PB) IDI pun telah membentuk satuan tugas (satgas) Monkeypox guna merespons ancaman kesehatan global tersebut. Dalam rekomendasinya, PB IDI meminta pemerintah mempeluas dan memperketat skrining pada pintu masuk pelabuhan, bandara, dan Pos Lintas Batas Darat Negara (PLBDN) dengan melakukan pengawasan terhadap pelaku perjalanan melalui pengamatan suhu, pengamatan tanda dan gejala.

"Pada pelaku pejalanan dengan kondisi demam, sebaiknya dilakukan pemeriksaan langsung oleh dokter yang bertugas pada pelabuhan, bandara, ataupun PLBDN tersebut," ujar Ketua Umum Pengurus Besar IDI Adib Khumaidi, Selasa (2/8/2022).

PB IDI juga meminta pemerintah meningkatkan kemampuan laboratorium jejaring dalam diagnostik molekular spesimen pasien yang dicurigai menderita Monkeypox sesuai rekomendasi WHO. Tak hanya itu pemerintah juga diminta meningkatkan edukasi kepada masyarakat terkait epidemi, gejala, cara penularan, dan langkah pencegahan pribadi dan masyarakat.

"Pemerintah harus meningkatkan kemampuan dalam identifikasi kontak erat pada pasien suspek dan probable Monkeypox dan emberikan informasi terkini kepada masyarakat mengenai situasi Monkeypox secara berkala dan transparan untuk mencegah terjadinya kepanikan akibat kesimpangsiuran berita," imbau Adib.

 

 

photo
Asal usul cacar monyet. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement