Rabu 03 Aug 2022 00:32 WIB

BRIN: Riset Jadi Pilar Pencegahan Penyebaran Cacar Monyet

BRIN mengatakan, cacar monyet menjadi pertanyaan publik karena informasinya beragam.

Ilustrasi. BRIN mengatakan, riset menjadi pilar dalam pencegahan penyebaran penyakit, termasuk cacar monyet.
Foto: Pixabay
Ilustrasi. BRIN mengatakan, riset menjadi pilar dalam pencegahan penyebaran penyakit, termasuk cacar monyet.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) NLP Indi Dharmayanti mengatakan, riset menjadi pilar dalam pencegahan penyebaran penyakit, termasuk cacar monyet. Ini sebagaimana dalam menghadapi pandemi Covid-19.

"Cacar monyet memang masih menjadi pertanyaan publik, karena informasi masih beragam. Oleh karena itu, riset terkait penyakit ini penting untuk diketahui publik, termasuk gejala dan apa yang perlu dipersiapkan," kata Indi dalam Webinar Talk to Scientists (TTS) bertema Cacar Monyet, Darurat Kesehatan Global, dan Apa yang Perlu Kita Ketahui? yang diikuti secara virtual di Jakarta, Senin (2/8/2022).

Baca Juga

Indi menuturkan pandemi Covid-19 memberikan pelajaran yang sangat berarti bagi semua, yaitu peran vital riset dalam mengidentifikasi virus, yang menghasilkan beberapa tindakan pengendalian, protokol kesehatan, hingga ditemukannya vaksin yang digunakan untuk pengendalian penyakit itu. Indi mengatakan, riset dan kajian ilmiah juga menjadi benteng dalam membatasi kepanikan masyarakat akibat minimnya informasi terhadap penyakit menular.

Dengan hasil-hasil riset, informasi terkait cacar monyet dapat lebih mendalam dan memberikan pencerahan bagi masyarakat serta memperkuat upaya intervensi kesehatan. Dalam merespons masalah cacar monyet, Organisasi Riset Kesehatan BRIN siap mengidentifikasi virus penyebab dan melakukan riset terkait dengan cacar monyet, sehingga dapat memperkuat kesiapan Indonesia jika suatu saat cacar monyet muncul di Tanah Air.

Peneliti Pusat Riset Kedokteran dan Praklinis Reza Yuridian Purwoko mengatakan, BRIN mengajak berbagai pihak untuk melakukan kolaborasi riset dan inovasi dalam mendalami cacar monyet. Pihak tersebut adalah para peneliti, dosen, mahasiswa, instansi swasta hingga mitra industri menyiapkan penelitian dan pengembangan di bidang penyakit cacar monyet.

"Penyakit ini bermanifestasi pada penyakit kulit dan ternyata juga dapat meningkat akibat infeksi menular melalui hubungan seks," ujar Reza.

Cacar monyet mulai terungkap sejak 1970. Penyakit zoonosis itu disebabkan oleh virus Monkeypox. Dugaan reservoir adalah kera, kelelawar, dan tikus.

Cacar Monyet merupakan penyakit langka yang bersifat endemik di Afrika Barat dan Tengah. Namun, kini telah menyebar ke negara non-endemis, seperti negara di Eropa, Amerika, dan Australia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement