REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Nasdem, Willy Aditya menanggapi sindiran Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) terhadap prestasi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Menurutnya, kritik tersebut merupakan pandangan dan sesuatu yang tak dilarang.
"Itu Pak Hasto monggo-monggo saja. Nasdem kan mengusulkan mereka karena aspirasi kader-kader Nasdem, ya Pak Ganjar, Pak Anies toh," ujar Willy di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (26/7).
Partai Nasdem telah menggelar rapat kerja nasional (Rakernas) yang menghasilkan tiga nama bakal calon presiden (capres). Mereka adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Ia menjelaskan, nama Anies dan Ganjar dominan muncul dari variabel kuantitatif dan kualitatif. Kedua nama tersebut juga selalu hadir dalam usulan yang disampaikan oleh Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Nasdem di berbagai wilayah.
"Tentu kalau Pak Hasto punya kacamata yang berbeda itu monggo mawon, itu perspektif. Kalau perspektif tidak bisa kita judge ya, itu masing-masing kita punya perspektif, ya sah-sah saja," ujar Willy.
Ditanya, kritik Hasto kepada Anies akan mempengaruhi peluang kerja sama antara Partai Nasdem dan PDIP? Willy tak menjawab tegas. Ia hanya menyebut, partainya terbuka untuk berkoalisi dengan partai politik manapun, termasuk PDIP.
"Ini hip hip hura hura, happy-happy saja kita dan semua kita bangun silaturahim. Satu lawan terasa banyak, seribu kawan masih kurang," ujar Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR itu.
Diketahui, Hasto mempertanyakan tujuh prestasi Anies Baswedan, selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sindiran tersebut itu dilontarkan Hasto dalam acara pelantikan dan pembekalan DPD Taruna Merah Putih (TMP) Provinsi DKI Jakarta di Kantor DPD PDIP DKI Jakarta, Jakarta, Jumat (22/7).
Pernyataan tersebut berawal dari pernyataan Hasto yang mendorong kader TMP mengedepankan wacana politik yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Ia juga mendorong watak politik yang turun ke bawah dan mendorong suasana kondusif agar anak bangsa yang terpanggil jadi pemimpin bisa menunjukkan kinerjanya.
Hasto juga mengingatkan, bahwa pihak yang bergerak dengan politik identitas dan bergerak dengan primordialisme tidak akan mendapatkan tempat di Indonesia. Ia pun kemudian menyebut nama Anies sebagai contoh.
"Itu yang harus kita lakukan, jadi kalau ada orang berbicara si A si B tanya aja prestasinya. Pak Anies, sebutkan tujuh prestasinya apa misalnya gitu pasti bingung jawabnya saudara-saudara sekalian," kata Hasto.