Selasa 26 Jul 2022 14:13 WIB

NTT Catat 122 Ribu Ekor Babi Mati Akibat Serangan Virus ASF

Kerugian akibat penyakit yang menyerang ternak babi di NTT mencapai ratusan miliar.

Dalam rangka mengoptimalkan implementasi pengendalian kasus kematian babi yang diakibatkan  penyakit African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika (DBA) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kementan melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) bersama Pemda NTT tengah menyusun peta kasus dan profiling daerah tertular dan bebas.
Foto: istimewa
Dalam rangka mengoptimalkan implementasi pengendalian kasus kematian babi yang diakibatkan penyakit African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika (DBA) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kementan melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) bersama Pemda NTT tengah menyusun peta kasus dan profiling daerah tertular dan bebas.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat 122 ribu babi mati akibat serangan virus demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) di provinsi berbasiskan kepulauan itu. "Jumlah ternak babi yang mati akibat virus ASF yang dilaporkan secara resmi ke kami sekitar 122 ribu ekor yang tersebar di 22 kabupaten/kota," kata Kepala Dinas Peternakan NTT Johanna Lisapaly dalam keterangan yang diterima di Kupang, Selasa (26/7/2022).

Lisapaly mengatakan nilai kerugian akibat penyakit yang menyerang ternak babi di NTT mencapai ratusan miliar rupiah. Pemerintah, kata dia, telah melakukan berbagai upaya pencegahan dan pengendalian untuk mengatasi penyebaran ASF, seperti sosialisasi ke masyarakat peternak agar menghindari persilangan (perkawinan) babi lokal dengan babi dari luar. 

Baca Juga

Selain itu, lanjutnya, edukasi untuk menjaga sanitasi atau kebersihan kandang secara intensif maupun mengeluarkan kebijakan untuk melarang pasokan babi dari luar masuk ke daerah-daerah. Lisapaly mengatakan setelah berbagai upaya yang dilakukan, tidak ada lagi laporan kematian babi akibat ASF hingga Juli 2022.

Lebih lanjut ia mengatakan saat ini pemerintah provinsi juga berupaya membangkitkan kembali industri peternakan babi di NTT melalui gerakan bertajuk "Kampanye Kesadaran ASF dan Penyakit Hewan Menular Lainnya" bersama pihak Prisma Indonesia. Langkah ini diharapkan memberikan motivasi bagi masyarakat maupun pelaku usaha untuk kembali mengembangkan peternakan babi untuk mendapatkan manfaat secara ekonomi maupun sosial dan budaya.

"Ternak babi memiliki berbagai manfaat yang strategis bagi masyarakat karena itu masyarakat tak perlu takut lagi untuk kembali mengembangkannya dengan tetap waspada terhadap serangan penyakit," kata Lisapaly.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement