REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pemerintah Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, memperkuat pengawasan lalu lintas warga yang membawa ternak di pintu masuk darat maupun pelabuhan laut untuk mencegah penyebaran virus African Swine Fever (ASF) di daerah itu.
"Kami memperkuat pengawasan pintu masuk dengan menyiagakan petugas untuk memantau atau memeriksa lalu lintas warga yang membawa ternak maupun produk turunan berbahan daging babi," kata Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Flores Timur Sebast Sina Kleden ketika dihubungi dari Kupang, Senin (23/1/2023).
Ia menyampaikan, petugas dikerahkan untuk melakukan pengawasan di sejumlah titik. Seperti di wilayah perbatasan darat dengan Kabupaten Sikka di Boru dan di wilayah utara di Desa Adabang. Selain itu pengawasan di pintu masuk melalui jalur laut yaitu di Pelabuhan Ferry Waibalun, Pelabuhan Kota Larantuka, di daratan Larantuka, Pelabuhan Waiwerang, Pelabuhan Boleng, Pelabuhan Ferry Deri di Pulau Adonara, dan Pelabuhan Menanga di Pulau Solor.
Sina Kleden menjelaskan, hingga saat ini belum ditemukan obat atau vaksin penyakit ASF sehingga pihaknya fokus pada pencegahan dengan melakukan biosecurity yang ketat. Pemerintah daerah, kata dia, segera menerbitkan instruksi bupati tentang larangan masuk ternak babi dari luar ke wilayah Kabupaten Flores Timur. Ia mengatakan hingga saat ini kematian babi akibat terserang ASF telah mencapai sebanyak 30 ekor.
Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan dan laporan peternak lokal, kata dia, sumber virus yg menyerang babi sekarang adalah ternak bantuan pemerintah pusat melalui Balai Pembibitan Ternak Denpasar Bali yang disalurkan pada Desember 2022 sebanyak 50 ekor. Bantuan tersebut diberikan kepada dua kelompok di Kelurahan Lohayong dan Kelurahan Pukentobi Wangin Bao.
"Ternak babi yang mati adalah babi bantuan itu. Ini telah dibuktikan dari hasil uji laboratorium terhadap sampel darah babi mati yang kami kirim untuk diperiksa di Balai Besar Veteriner Denpasar Bali dan hasilnya positif ASF," kata Sina Kleden.