REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG—Tim gabungan antara TNI dan Polri mengaku sudah mengetahui ciri-ciri komplotan penembak istri seorang anggota TNI di Semarang. Saat ini tim gabungan masih memburu komplotan pelaku yang diduga berjumlah empat orang.
Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Irwan Anwar menuturkan, ciri-ciri dan jumlah komplotan pelaku diketahui berdasarkan keterangan saksi serta identifikasi melalui hasil rekaman CCTV di lokasi kejadian. Penembakan terhadap istri seorang anggota TNI terjadi di kompleks Perumahan Grand Cemara, Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.
“Saat ini, pengejaran terus dilakukan oleh tim gabungan TNI dan Polri,” tegas Kombes Pol Irwan Anwar, di Semarang, Rabu (20/7/2022).
Kendati begitu, lanjutnya, informasi dari masyarakat yang terkait dengan keberadaan para pelaku dengan ciri-ciri tersebut dinilai sangat membantu tim gabungan. Tujuannya kasus ini bisa segera diungkap dengan cepat.
“Artinya, masyarakat bisa ikut membantu jika mengetahui keberadaan orang dengan ciri-ciri yang disebut untuk memberikan informasi kepada tim gabungan TNI/Polri,” ujar Kapolrestabes.
Sesuai dengan hasil pendalaman dari rekaman CCTV dan telah dipublikasikan kepada masyarakat, lanjutnya, beberapa ciri dari para pelaku dapat diketahui dengan jelas. Antara lain, dua pelaku mengendarai sepeda motor Kawasaki Ninja 2 Tak warna hijau.
Pengendara Kawasaki menggunakan jaket warna merah, celana jeans, helm hitam, sandal jepit, perawakan kurus dan menggunakan tas selempang biru. Sedangkan pembonceng yang juga eksekutor penembakan mengenakan jaket jumper warna hitam, helm putih, celana jeans, sepatu hitam garis merah.
Sedangkan dua terduga pelaku lainnya mengendarai sepeda motor Honda Beat Street warna hitam, dengan pengendara mengenakan jaket jumper biru tua, celana hitam, tas biru muda, sepatu hitam dengan helm hitam. Sementara pemboncengnya mengenakan jumper warna hitam motif merah di bagian depan, celana hitam, sepatu putih, tas hitam, rambut panjang dikucir.
Sebelum beraksi, para pelaku juga sempat berkomunikasi dengan pihak lain melalui telepon seluler. Diduga pihak yang berbicara melalui telepon seluler tersebut merupakan pengatur/pemberi komando para pelaku di lapangan tersebut.
“Sepertinya ada ‘komando’ yang disampaikan melalui telepon, karena bisa pas kurang lebih tiga menit di lokasi untuk mengamati korban berangkat menjemput sekolah putrinya,” tegas Irwan.