Ahad 17 Jul 2022 13:57 WIB

Rahasia di Balik Lezatnya Nasi Padang

Masakan orang Minang hanya ada dua rasa, enak dan enak sekali.

Gubernur Sumbar Buya Mahyeldi Ansharullah SP
Foto: Kominfo Sumbar
Gubernur Sumbar Buya Mahyeldi Ansharullah SP

Oleh Mahyeldi Ansharullah, SP (Gubernur Sumatera Barat)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ke mana pun saya pergi, yang selalu dicari adalah nasi Padang. Lidah saya susah untuk beranjak ke masakan lain. Karena sejak kecil telah dibiasakan dengan nikmatnya masakan Amak (ibu).

Baca Juga

Pernah saya coba masakan lain. Enak, tapi tak seenak nasi Padang. Karena itu, banyak yang menyebut bahwa masakan orang Minang hanya ada dua rasa, enak dan enak sekali. 

Ketika ada yang bertanya apa kelebihan nasi Padang dibanding yang lain, hanya lidah yang merasakannya. Bayangkan saja, nasi Padang yang berbungkus daun pisang. Nasinya berlinang kuah gulai berwarna kuning kecoklatan, dengan potongan rendang daging sapi, ditambah sayur nangka dan cabai merah, akan membuat lidah siapa saja bergoyang. Terutama bagi mereka penyuka masakan pedas. 

Bagi orang Minang, menikmati nasi Padang tidak perlu dengan sendok. Sensasi rasa akan lebih kentara ketika makan dengan "sendok lamo" (tangan). Ada kepuasan tersendiri ketika tangan mampu mengaduk beragam kuah dan lauk di dalam piring/bungkusan hingga menciptakan rasa yang tak terkira.

Pedagang nasi Padang di Sumatera Barat dapat ditemui di mana saja. Agaknya tak ada yang mampu mencatat dan menginventarisir berapa jumlahnya. Belum lagi yang berjualan di luar Sumatera Barat. Hitung-hitungan saya, tak terkira agaknya. 

Pedagang yang berjualan nasi di daerah Bukittinggi, Batusangkar, Pesisir Selatan ataupun di daerah lain di Sumatera Barat, namanya tetap nasi Padang. Mereka berdagang mulai dari kedai kecil hingga skala resto. Menariknya, pedagang nasi Padang hampir tidak pernah terdampak persaingan ekonomi. Meski banyak masakan lain yang ikut bersaing di Sumbar, seperti pecel lele, nasi uduk, dan sebagainya, nasi Padang tetap juara dan dicari. 

Saking juaranya, rasa Nasi Padang sampai ke luar negeri sana. Enak dan lezatnya Nasi Padang dinyanyikan seorang musisi bule asal Norwegia, Audun Kvitland. Ketika saya menjadi Wali Kota Padang dulu, Audun Kvitland saya ajak ke Padang. Lelaki muda itu merasakan sekali lezatnya Nasi Padang. 

Namun begitu, tidak ada yang mengetahui dibalik kelezatan nasi Padang. Ada banyak tangan yang seperti mata rantai, sehingga rasa nasi Padang dapat tersaji di tengah kita. 

Tangan pertama yang bekerja tentunya petani. Mereka bertungkuslumus sejak pagi buta hingga penghujung senja, membajak sawah hingga gembur dan menanamnya dengan padi varietas unggul. Ada kerbau yang ikut membajak sawah, atau mesin bajak yang diciptakan oleh insinyur. Petani setelah memanen padi, menjemur dan menggilingnya di heuler, untuk kemudian beras dibawa ke pelosok negeri. 

Kondisi itu secara normal. Tidak terbayangkan jika ada masalah seperti terjadi bencana kekeringan atau banjir. Petani mesti berebut air sawah. Pun ketika terjadi hama dan padi tak menjadi, penyuluh pertanian datang ke tengah petani. 

Saya teringat seorang teman yang harus memasok beras asal Sumatera Barat ke Jawa sana setiap waktu. Beras tersebut dikirim melalui jasa ekspedisi. Dikirim untuk memenuhi kebutuhan rumah makan Padang di seputaran Jawa. Karena memang, beras dari Sumbar terbilang enak. Lagi-lagi karena kerja keras petani.

Kemudian rendang daging, gajeboh, tunjang, tambunsu, yang menjadi lauk di Nasi Padang. Semua itu berasal dari sapi. Tak terbayangkan betapa ulet dan tekunnya peternak dalam merawat sapi miliknya. Memberi makan sapi dengan rumput yang segar, menyuntikkan vitamin dan berdoa selalu agar tidak sakit. 

Kemudian santan segar yang berasal dari kelapa kualitas unggul menjadi penentu lezatnya Nasi Padang. Ada beruk yang memanjat kelapa. Amai-amai yang harus mengukur kelapa untuk kemudian diperas dijadikan santan.

Semua mata rantai nasi Padang itu telah berpahala besar. Berkat sentuhannya, penikmat kuliner merasakan lezatnya Nasi Padang. Jerih payahnya telah menyelamatkan perut orang banyak. Serta membuat pemilik warung Nasi Padang membuka cabang di sejumlah tempat. 

Pada hakikatnya, Allah SWT telah begitu baik kepada umatNya. Makanan yang kita konsumsi merupakan rezeki dari Maha Pemberi. Allah telah memberi kita rezeki 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement