Jumat 15 Jul 2022 15:54 WIB

Mengenal Filosofi Editing Film dan Program Televisi

Creative Director dari PT Karnos Film membagikan ilmu editing di Universitas BSI.

Creative Director dari PT Karnos Film membagikan ilmu editing di Universitas BSI.
Foto: UBSI
Creative Director dari PT Karnos Film membagikan ilmu editing di Universitas BSI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri film dan televisi berkembang pesat dari segala aspek dan lini, khususnya dalam sistem editing. Hal ini membuat Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika (BSI) menggelar seminar Filosofi Editing Film dan Televisi. Bertempat di Aula Universitas BSI kampus Kalimalang, acara ini digelar pada Jumat (22/6/2022).

Pembicara yang dihadirkan ialah Creative Director dari PT Karnos Film, Hengky Christiawan. Hengky menjelaskan editing dalam produksi visual adalah kegiatan memilih gambar yang layak, memilah materi sesuai makna, dan meletakkan gambar dengan tatanan seni dan psikologi untuk membangun atau mencapai tujuan yang diinginkan.

Baca Juga

“Editing dalam produksi visual mengetengahkan sebuah bentuk disiplin ilmu yang meletakkan ‘rasa’ sebagai fundamental pencapaian makna. Artinya, hasil dari editing tersebut haruslah mampu menyentuh khalayak dengan tujuan skenarionya. Sebagai contoh film horor, tentu pemirsa merasa takut, film drama tentu pemirsa merasa tersentuh dan lain sebagainya,” jelas Hengky dalam rilis yang diterima, Selasa (12/7/2022). 

Menurutnya editing menjadi tugas seorang editor yang harus mampu meramu dua unsur dalam diri manusia yakni unsur emosional, antara lain: membuat mereka tertawa, menangis/berteriak, menjerit ketakutan, dan unsur mental, antara lain membuat mereka berpikir, mengira, mengantispasi, menjadi sebuah karya audio visual yang bermutu.

“Tugas terpenting seorang editor adalah membuat komposisi susunan gambar dengan unsur artistik, informatif, dan optimal melalui fungsi disiplin ilmu yang dimilikinya dengan penuh tanggung jawab sehingga dapat menyempurnakan sebuah tayangan. Mampu memberikan inisiatif dan jujur pada seni dengan menganggap apa pun hasil karyanya menjadi sebuah keunikan tersendiri yang berusaha mencapai hasil seoptimal mungkin, serta dapat bekerja sama sebagai satu tim. Editor mendengarkan pihak lain dan mau meletakkan diri sebagai pemirsa demi tersampaikannya pesan secara masif,” imbuhnya. 

Selain membaca naskah, teknik dasar dari seorang editor adalah melatih kepekaan decoupage. Sangat penting bagi seorang editor membaca dan mengerti naskah secara keseluruhan agar memahami dasar dan ide penulisan secara makro dan mikro. Mau meluangkan waktu mempelajari footage yang dihasilkan, dengan tidak saja berdasarkan hasil camera report, tapi juga melihat kemungkinan lain dari footage yang mungkin bermanfaat. 

Mempelajari gestur, mimik dan dialog juga sangat perlu sehingga memiliki kepekaan countinuity yang baik dan berusaha mencapai hasil maksimal dari kadar emosi yang berusaha di tekankan oleh sang sutradara.

“Di antara beberapa aspek dan teknik editor yang harus dikuasai adalah framing. Itu berarti harus memutuskan di manakah dan bagaimanakah objek gambar akan ditempatkan dalam frame. Kamera dan lensa adalah perpanjangan dari mata. Maka harus mempertimbangkan bahwa gambar itu nantinya bisa meyakinkan audiens mengenai informasi yang mau disampaikan melalui objek gambar dan menyertakan kenyamanan tentunya,” ujar Hengky.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement