REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menyampaikan, tren kenaikan kasus Covid-19 akibat sub varian baru Omicron, yakni BA.4 dan BA.5 terjadi secara global maupun nasional. Berdasarkan data GISAID, dalam satu bulan terakhir sebanyak lebih dari 99 persen varian yang dilaporkan dari Indonesia adalah varian Omicron, termasuk kedua varian tersebut.
Secara geografis, persebaran varian Omicron ini pun merata di seluruh daerah di Indonesia. “Secara geografis, persebaran varian Omicron ini cukup merata baik di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi,” kata Wiku saat konferensi pers yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, dikutip pada Sabtu (2/7/2022).
Selain itu, Satgas juga melaporkan terjadinya tren kenaikan keterisian tempat tidur di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet. Namun, rata-rata dampak varian Omicron ini terpantau tidak menimbulkan angka kematian yang tinggi di berbagai negara.
Menurut para ilmuwan, hal ini karena adanya hybrid immunity yang ditimbulkan baik karena vaksinasi maupun infeksi Covid-19 yang dialami sebelumnya. Wiku mengatakan, pemerintah pun berusaha tetap optimal dalam melakukan seluruh upaya pengendalian, baik melalui vaksinasi maupun implementasi protokol kesehatan.
“Dari berbagai naik turunnya riwayat kasus Covid-19, pemerintah menyadari pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat sebagai perilaku yang diterapkan secara berkelanjutan. Prinsipnya, kita harus tetap siaga disiplin dan pantang lalai baik saat kondisi kasus Covid naik maupun melandai,” jelasnya.
Wiku mengingatkan, berbagai keringanan dalam beraktivitas seperti kapasitas yang meningkat maupun pemakaian masker hanya di dalam ruangan harus dijalankan secara bertanggung jawab.
“Khususnya kepada orang yang sakit agar tidak beraktivitas terlebih dahulu dan wajib bermasker,” kata dia.