Sabtu 02 Jul 2022 05:17 WIB

Satgas: Pemerintah Siapkan Faskes Hadapi Puncak Kasus Covid-19 di Jakarta

Pemerintah mempersiapkan fasilitas kesehatan yang ada termasuk RSDC Wisma Atlet.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Agus Yulianto
Juru Bicara Pemerintah untuk  Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.
Foto: Tangkapan Layar/Youtube Sekretariat Presiden
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laju kasus Covid-19 di DKI Jakarta diprediksi akan segera mencapai puncaknya dalam waktu dekat. Menanggapi hal ini, Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, pemerintah telah mempersiapkan berbagai fasilitas kesehatan yang dibutuhkan untuk menghadapi puncak gelombang kasus Covid-19 di Jakarta.

“Pemerintah selalu mempersiapkan fasilitas kesehatan yang ada termasuk RSDC Wisma Atlet agar selalu siaga,” kata Wiku saat konferensi pers yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (1/7).

Dia mengatakan, pemerintah berharap kenaikan kasus yang terjadi tak akan signifikan dan dapat ditangani dengan baik. Selain itu, pemerintah juga akan terus mengkampanyekan kepatuhan protokol kesehatan kepada masyarakat, baik saat kasus melandai maupun mengalami kenaikan.

“Kebijakan yang telah ada akan terus dioptimalisasi implementasinya dan terus disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang terbaru,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memperkirakan laju kasus Covid-19 di Provinsi DKI Jakarta segera mencapai puncak dalam waktu dekat. Meski kasus tinggi, jumlah pasien yang dirawat sangat rendah.

“Jakarta yang paling banyak kena Omicron. Kalau kata saya, Jakarta sebentar lagi sampai puncaknya,” kata Budi di Gedung Kemenkes RI Jakarta Selatan, Rabu (29/6).

Berkaca pada gelombang Delta yang terjadi di Indonesia pada Juli 2021, puncak kasus Covid-19 di tingkat populasi terjadi saat dominasi varian virus sudah di atas 80 persen dari total populasi.

“Itu terjadi di saat Delta dan subvarian Omicron BA.1 dan BA.2,” katanya.

Budi mengatakan, hasil penelitian genome sequencing terhadap 1.200 lebih pasien di Jakarta telah didominasi varian Omicron. Tapi jumlah pasien yang dirawat dan meninggal relatif rendah.

“Jumlah 1.200 itu angka yang lumayan, tapi yang masuk rumah sakit rendah hanya sepuluh pasien. Beda saat gelombang Delta yang rumah sakitnya penuh,” katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement