REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sebanyak 40 pedagang bakso aci yang memiliki nilai sejarah dan ciri khas rasa siap meramaikan Festival Baso Aci di Alun-alun Kabupaten Garut, Jawa Barat. Festival ini akan digelar selama tiga hari mulai 1 sampai 3 Juli 2022. Acara ini diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah.
"Kita akan menampilkan dari bakso aci pilihan dengan kualitas dijamin enak, di situ ada 40 tenant atau pedagang," kata Direktur Vortable, penyelenggara Festival Baso Aci, Dhani Omar Dien saat jumpa pers persiapan festival di Kafe Tiluwan di Garut, Selasa (28/6/2022).
Ia menuturkan Festival Baso Aci di Garut merupakan yang kedua kalinya diselenggarakan, pertama dilaksanakan pada 2019 kemudian sempat terhenti karena adanya wabah Covid-19 pada 2020 dan 2021. Saat ini, kata dia, Festival Baso Aci yang dinantikan masyarakat dan pelaku usaha bakso aci di Garut kembali dilaksanakan selama tiga hari di lapangan terbuka di Alun-alun Garut kawasan pusat kota Garut.
"Masyarakat Garut tentunya sangat rindu dengan adanya event di Kota Garut yang membuat mereka bisa bertemu, bercengkerama, dan jajan bareng bersama orang-orang tersayang," katanya.
Ia menyampaikan festival yang menjadi agenda tahunan ini tidak hanya menghadirkan pelaku usaha bakso aci, melainkan ada produk khas Garut seperti kopi dan jenis lainnya. Ia berharap pelaku usaha dari Garut yang tampil dalam festival itu bisa menumbuhkan perekonomian, sekaligus mengenalkan produk khasnya kepada masyarakat banyak.
"Ada pelaku usaha bakso aci yang gulung tikar karena pandemi, dan mudah-mudahan dengan cara ini bisa membangkitkan kembali perekonomian usaha mereka," katanya.
Pegiat kuliner khas Garut, Bobby Firdaus menambahkan banyak pelaku usaha bakso aci yang ingin ikut dalam festival, namun karena banyak keterbatasan akhirnya diputuskan hanya 40 pedagang. Pelaku usaha yang terlibat dalam festival itu, kata dia, telah melewati hasil seleksi dengan penilaian seperti produknya melegenda karena sudah bertahun-tahun seperti salah satu pedagang sudah berjualan sejak 1970an. Kemudian berdasarkan penilaian produk yang sedang populer atau banyak dibicarakan orang.
"Pedagang yang berjualan tidak dipungut biaya, tapi persentase, transaksinya juga pakai uang replika untuk mengantisipasi adanya peredaran uang palsu. Terkait harganya minimal Rp 10 ribu dan tidak ada yang di atas Rp 30 ribu," katanya.