Rabu 22 Jun 2022 00:27 WIB

Indonesia Targetkan 5 Hal di Pertemuan Menkes G20 di Yogyakarta

Menkes sebut ada lima hal yang ingin dicapai Indonesia dalam pertemuan G20

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bayu Hermawan
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kiri)
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengikuti pertemuan pertama G20 Health Ministerial Meeting di Yogyakarta pada Senin (20/6) kemarin. Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, terdapat lima hal yang ingin dicapai Indonesia dalam pertemuan tersebut.

Pertama yakni terbentuknya financial intermediary fund yang merupakan dana cadangan untuk mengatasi pandemi. Dana cadangan ini, kata Menkes, telah berhasil dibentuk bersama dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.  

Baca Juga

"Alhamdulillah dengan bantuan Bu Retno, Bu Sri Mulyani sama-sama kita bertiga sudah berhasil membentuk fund ini dan sudah lebih dari 1 billion dollar AS yang di-commit oleh beberapa negara dan institusi di fund ini," ujar Menkes Budi dalam keterangannya usai mendampingi Presiden Jokowi menerima kunjungan kehormatan Dirjen WHO di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (21/6).

Selain itu, Indonesia dan WHO juga membahas penggunaan dana yang ada di dalam pendanaan tersebut agar dapat dimanfaatkan secara adil dan cepat. Budi menjelaskan WHO akan mengambil posisi di depan agar dapat menentukan negara dan orang-orang yang perlu mendapatkan prioritas jika terjadi pandemi.

"Pentingnya juga kerja sama antara pemerintah dan swasta karena hampir semua produsen dari vaksin, obat-obatan, dan juga alat kesehatan adalah pihak swasta," kata Budi.

Ketiga, dalam pertemuan tersebut juga dibahas terkait integrasi lab genome sequence di seluruh dunia yang dapat mengidentifikasi adanya virus varian baru maupun bakteri baru. Selanjutnya, Indonesia juga ingin mengharmonisasi standar perjalanan, baik berupa sertifikat vaksin maupun sertifikat pengetesan sehingga tidak mengganggu pergerakan orang maupun barang.

"Standar ini menggunakan WHO, sudah pilot project-nya jalan, dan sudah lebih dari 30 negara yang paling besar kemarin Brazil dengan European Union jadi seluruh anggotanya sudah mengikuti program inisiatif dari Indonesia ini," ucap Budi.

Terakhir, Indonesia juga ingin melakukan standarisasi pengembangan vaksin utamanya yang menggunakan teknologi terbaru sehingga ketersediaan dan akses vaksin di seluruh dunia dapat merata. Budi menjelaskan, saat ini sudah ada sejumlah negara yang siap untuk berpartisipasi, antara lain Afrika Selatan, Brazil, Argentina, India, dan Indonesia.

"Kita harapkan round pertama ini kita bisa mencapai milestone yang cukup baik sehingga nanti round kedua meeting menteri kesehatan di bulan Oktober, kita bisa memfinalisasi semua deliverables secara konkret. Sehingga nanti pada saat leaders meeting di bulan November kelima hal yang tadi ingin kita capai sudah selesai,” jelas Menkes.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement