Senin 20 Jun 2022 15:41 WIB

PKB Merapat ke Gerindra, Bagaimana Nasib Koalisi Semut Merah dengan PKS?

Prabowo dan Muhaimin bertemu, sepakat membentuk kerja sama politik.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) berjabat tangan dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (kanan) usai melakukan pertemuan di Kertanegara, Jakarta, Sabtu (18/6/2022). Dalam pertemuan tersebut, Gerindra dan PKB bersepakat bekerja sama menyiapkan Pileg, Pilpres dan Pilkada di Pemilu 2024 mendatang.
Foto:

Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis (TPS), Agung Baskoro menilai, koalisi antara PKB dan Gerindra masih akan mengalami dinamika yang panjang. Namun, menurutnya, beberapa poros koalisi semakin mengerucut menuju Pilpres 2024.

Poros pertama yang sudah eksis digalang oleh PDIP, karena raihan kursi partai berlambang banteng ini sudah hampir melewati ambang batas pilpres (presidential threshold). Wajar bila PDIP terlihat tenang saat partai-partai lain bermanuver mendekati partai-partai lainnya untuk bersama.

Sementara, poros kedua berhasil mendudukkan para ketua umum Golkar, PAN, dan PPP untuk sepakat dalam wadah Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Koalisi ini demi memastikan ketiganya dapat menghasilkan satu tiket bagi capres-cawapres yang dipilih.

 

"Dalam konteks inilah komunikasi dan manuver politik jajaran pengurus PKB menjadi relevan. Setelah membuka prospek kerja sama dengan PKS, berikutnya melibatkan Demokrat, dan terakhir dengan Gerindra," katanya kepada wartawan, Ahad (19/6/2022).

Menurut Agus, PKB memang harus berkoalisi dengan dua partai yakni Demokrat dan PKS. Karena jika hanya berkoalisi ke salah satu partai, baik hanya ke PKS atau ke Demokrat, masih belum dapat memenuhi presidential threshold.

"Akhirnya momentum PKB bersama Gerindra menjadi lebih rasional, selain ramping, secara institusional, juga secara personal mampu memenuhi kebutuhan ketua umum masing-masing yang ingin maju dalam Pilpres 2024," jelasnya.

Hal lain lebih disebabkan faktor ideologis yang saling melengkapi antara Gerindra dan PKB, yang merepresentasikan partai nasionalis dan Islam, atau dikenal sebagai partainya para santri.

"Jika basis massa kedua partai ini berpasangan, ditambah kekuatan figur yang dimiliki oleh Prabowo sebagai Ketua Umum Gerindra yang juga capres sementara Cak Imin wapresnya. Maka poros Gerindra-PKB bisa menjadi koalisi yang berpotensi memenangkan pilpres," katanya mengingatkan.

Sebab, menurutnya saat PDIP, KIB, dan partai-partai lain seperti Nasdem, Demokrat, dan PKS, masih menggodok nama capres-cawapres atau menjajaki mitra koalisi. Koalisi Gerindra-PKB di tahap ini bisa jadi sudah memberi dampak bagi kontelasi dinamika koalisi maupun latar kompetisi yang akan berlangsung pada pemilu 2024 nanti.

Pertama, poros Gerindra-PKB membuktikan bahwa dalam pertarungan 2024 ini capres-cawapres yang berasal dari jalur ketua umum masih relevan. Karena mereka memiliki hak prerogatif untuk maju di luar nama-nama mentereng capres-cawapres versi elektabilitas lembaga survei kredibel.

"Sekaligus mengkonfirmasi bahwa episentrum kekuasaan jelang Pilpres bertransformasi dari domain istana ke ketua-ketua umum partai," terangnya.

 

Kedua, pertarungan saling berhadap-hadapan (head to head) yang selama ini terjadi dalam dua periode pemilu sebelumnya, dapat dihindari. Sehingga, konsekuensi pembelahan sosial di masyarakat secara mendalam sirna.

"Poros Gerindra-PKB ini potensi menjadi poros baru pasca-KIB dan berpotensi menghadirkan poros lainnya jika Nasdem, Demokrat, dan PKS sepakat untuk bersama," imbuhnya.

 

photo
Empat Tantangan Partai Islam - (infografis republika)

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement