"Jadi kita ini partai politik. Kita ini bukan klub sepak bola yang ketika melihat pemain andal dari klub sepak bola yang lain lalu kita tergoda untuk merekrut dan membajak pemain sepak bola dari klub lain," kata Hasto dalam sambutannya di pembukaan Bimbingan Teknis (Bimtek) Anggota DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota PDIP Seluruh Indonesia di Grand Paragon, Gadjah Mada, Jakarta, Selasa (14/6).
Hasto menambahkan jika praktik bajak membajak kader itu terus terjadi, maka watak politik adalah kekuasaan kapital. Ia meyakini calon-calon yang dibajak hanya dipakai untuk kepentingan kekuasaan dan kapital.
"Maka, kita ingatkan lagi bahwa kita bukan klub sepak bola. Kita bukan gerombolan politik. Kita lebih memilih melakukan kaderisasi kepemimpinan untuk menghasilkan pemimpin-pemimpin yang mumpuni sebagaimana dilakukan melalui bimtek ini saudara-saudara sekalian," tegasnya.
Ia pun membantah pernyataan tersebut dikaitkan dengan munculnya nama Ganjar Pranowo yang dilirik oleh partai lain. Menurutnya dalam berpolitik, partai terikat oleh sejarah ideologi dan perjuangan partai. Karena itu menurutnya kaderisasi menjadi penting dilakukan oleh partai.
"Bila menyiapkan pemimpin, bahwa kaderisasi kepemimpinan dari bawah itu yang dilakukan oleh partai politik, sehingga nggak ada kaitannya dengan kader-kader dari PDI Perjuangan dalam pilpres," ujarnya.
Pernyataan terkait bajak membajak kader bukan kali ini disampaikan Hasto. Sebelumnya dalam pelatihan kaderisasi perempuan Hasto mengatakan bahwa tugas partai seharusnya menggembleng setiap anggota dan kadernya, bukan membajak kader dari partai lain.
"Itulah bagian dari prinsip yang harus dikedepankan. kita tidak mendorong adanya salip-menyalip di dalam politik itu, tetapi kerjasama politik gotong royong dalam politik untuk menyelesaikan masalah rakyat yang begitu banyak dan tanggung jawab kita bersama. Itu yang didorong oleh PDIP Perjuangan," tuturnya ketika itu.