Sabtu 11 Jun 2022 13:50 WIB

BKKBN: Aborsi Turunkan Kesempatan Ibu Hamil Aman dan Sehat

Aborsi dapat meningkatkan risiko kematian pada ibu karena pendarahan yang hebat

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan aborsi dapat meningkatkan risiko kematian pada ibu karena pendarahan yang hebat. Ilustrasi.
Foto: BKKBN
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan aborsi dapat meningkatkan risiko kematian pada ibu karena pendarahan yang hebat. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan tindakan aborsi yang keji dapat menurunkan kesempatan seorang ibu untuk bisa hamil dalam keadaan yang aman dan anak lahir dalam kondisi sehat.

"Ketika sudah aborsi dua kali, itu agak mengerikan. Peluang hamil menjadi kecil, maksud saya hamil yang sukses dan sampai lahir. Mungkin untuk hamil saja bisa," kata Hasto saat dihubungi Antara di Jakarta, Jumat (10/6/2022).

Baca Juga

Namun, lanjut dia, kalau sudah ketiga kali itu akan sulit. Jika kehamilan keempatnya tidak aborsi dan itu gagal maka akan memberi dampak lebih buruk pada kehamilan berikutnya.

Menanggapi terjadinya insiden tujuh janin yang digugurkan dan dimasukkan ke dalam kotak makan di Sulawesi Selatan, Hasto menjelaskan jenis aborsi itu merupakan abortus provokatus atau aborsi dengan sengaja karena menggunakan alat atau obat-obatan.

Jenis aborsi itu, menurut dia, sangat berbahaya karena berisiko menyebabkan mulut rahim terkena infeksi akibat luka terbuka dari plasenta janin yang lepas. Infeksi akan makin parah jika pembersihan rahim tidak secara optimal dan tidak sterilnya alat-alat untuk melakukan tindakan keji tersebut.

Selain infeksi, aborsi dapat meningkatkan risiko kematian pada ibu karena pendarahan yang hebat. Kegiatan aborsi secara tersembunyi, kata dia, sering kali menyebabkan terlambatnya penanganan dari ahli medis.

Aborsi juga dapat menurunkan peluang seorang ibu untuk bisa memiliki keturunan pada kehamilan selanjutnya. Aborsi yang terlalu sering tidak dapat menahan kehamilan usia 3 atau 4 bulan karena mulut rahim tidak bisa mengunci rapat atau terlalu kendur sehingga janin bisa keluar dengan sendirinya.

"Dia (pelaku) itu hanya sedang beruntung saja (saat menggugurkan secara berulang). Kalau suatu saat tidak beruntung, ketika memaksa rahim dibuka paksa, itu risikonya pendarahan hebat dan bisa juga kena infeksi karena dipaksa dengan alat yang tidak steril. Akhirnya bernanah bisa memiliki peluang tidak bisa hamil lagi," ucap dia.

Hasto meyakini aborsi itu terjadi karena rendahnya pengetahuan masyarakat terkait dengan kesehatan reproduksi. Dengan demikian, dia meminta pemerintah dari kementerian atau lembaga terkait dapat meningkatkan dan memperkenalkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi sejak anak berada pada usia dini.

Hasto juga meminta kepada masyarakat untuk tidak melakukan aborsi yang mengancam jiwa ibu dan bayi. Setiap kehamilan harus direncanakan dan dipikirkan dengan matang karena kehamilan adalah hal berharga yang harus dijaga.

“Menurut saya sudah waktunya kita berikan edukasi kesehatan reproduksi sejak dini karena ini penting. Kita sering kurang memperhatikan hal-hal yang seperti itu, kita bahkan hanya sibuk diskusi dan berdebat tentang dampaknya," kata Hasto.

Pada Kamis (9/6/2022), masyarakat dikejutkan dengan ditemukannya tujuh janin yang diletakkan di dalam kotak makan dalam suatu kamar indekos di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, oleh seorang perempuan berinisial JNM (26) yang rutin melakukan aborsi mandiri. Aksi itu diduga sudah dilakukan sejak 2012 dengan bantuan kekasihnya selama mereka masih berhubungan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement