Sabtu 04 Jun 2022 17:35 WIB

Lewat Aplikasi Elsimil, BKKBN Edukasi Remaja untuk Cegah Stunting

Remaja mungkin dalam dua atau lima tahun ke depan sudah masuk ke jenjang pernikahan

Rep: dian fath risalah/ Red: Hiru Muhammad
Bidan desa menyuntikkan vaksin polio kepada balita di Desa Pamayahan, Lohbener, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (14/5/2022). Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengerahkan 1,4 juta kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam rangka menurunkan angka Prevalensi Stunting guna mengejar target Jabar Zero Stunting pada 2023.
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Bidan desa menyuntikkan vaksin polio kepada balita di Desa Pamayahan, Lohbener, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (14/5/2022). Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengerahkan 1,4 juta kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam rangka menurunkan angka Prevalensi Stunting guna mengejar target Jabar Zero Stunting pada 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membuat terobosan teknologi untuk mencegah stunting pada bayi yang baru lahir. Aplikasi yang bisa diunduh melalui Playstore ini diberi nama Elsimil yang merupakan akronim dari Elektronik Siap Nikah dan Hamil.

Koordinator Kelembagaan Direktorat Bina Ketahanan Remaja (Dithanrem) BKKBN Priyanti mengatakan Elsimil sebagai inovasi dari BKKBN ditujukan kepada calon pengantin dan remaja agar paham terhadap pencegahan stunting.

Baca Juga

Stunting merupakan sebuah kondisi gagal pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak- anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). 

Angka prevalensi di Indonesia pada 2021 mencapai 24,4 persen. Meskipun angka ini turun dari prevalensi pada 2019 yakni 27,67 persen dan turun jauh dibanding pada 2013 di mana prevalensi stunting mencapai 37 persen. Namun, prevalensi 24,4 persen masih di atas ambang batas yang direkomendasikan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni prevalensi stunting di sebuah negara di bawah 20 persen.

"Untuk mencapai target penurunan prevalensi 14 persen pada 2024 itu BKKBN terus melakukan berbagai upaya, salah satunya melalui aplikasi Elsimil," kata Priyanti dalam keterangan, Sabtu (4/6).

Menurut Priyanti, BKKBN melakukan sosialisasi selama sepekan (1 – 7 Juni 2022) untuk penggunaan aplikasi Elsimil itu yang digabung dengan peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29. 

“Melalui Sepekan Elsimil kami mengedukasi para calon pengantin dan remaja. Kenapa remaja dijadikan sasaran? Karena remaja mungkin dalam dua atau lima tahun ke depan sudah masuk ke dalam jenjang pernikahan. Makanya kami libatkan dan dijadikan sasaran Sepekan Elsimil. Adanya Sepekan Elsimil ini maka para calon pengantin dan remaja itu paham bagaimana mencegah anak-anak mereka dari stunting,” kata Priyanti.

Lebih jauh Priyanti menjelaskan, acara Sepekan Elsimil dibagi menjadi tiga kegiatan utama. Pertama adalah kampanye melalui berbagai media yang digerakan oleh komunitas Genre Indonesia. Kedua adalah TPK (Tim Pendamping Keluarga) Beraksi, dan ketiga TPK (Tim Pendamping Keluarga) Bercerita.

“Hari pertama melakukan kampanye online Twibbon dengan tema Kita Penting Indonesia. Hari kedua mengenalkan aplikasi Elsimil kepada remaja Indonesia melalui siaran langsung Instagram. Hari ketiga kuis, hari ke empat dan ke lima peserta membuat video tentang keseharian gaya hidup sehat, hari ke enam dan ke tujuh membuat meme jenaka tentang pencegahan stunting,” ujarnya. 

Priyanti mengatakan, para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan Sepekan Elsimil, terutama remaja. Mereka sadar bahwa persiapan pra nikah bukan hanya urusan resepsi semata.

“Kami juga mengedukasi bahwa aplikasi Elsimil itu bukan menyatakan kalau misalnya tandanya merah bukan untuk menghentikan pernikahan atau menunda pernikahan, tapi menunda kehamilan anak pertama. Itu yang masih simpang siur. Pas kemarin kita kasih edukasi itu ternyata mereka baru tau,” jelas Priyanti.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement