Jumat 03 Jun 2022 13:35 WIB

Total Football Transformasi Digital Perpustakaan

Transformasi perpustakaan tidak bisa instan layaknya mi.

Gedung Perpusnas
Foto:

Jika berbicara tentang transformasi perpustakaan dalam ekosistem digital nasional, posisi gelandang sangat jelas harus memainkan banyak peran, terutama mengubah sistem layanan perpustakaan dan pengembangan literasi menjadi berbasis digital. Selain itu, tentu teknologi dan sistem berbasis internet menjadi kata kunci penting dalam hal ini.

Misalnya, penyediaan akses bahan pustaka digital dan pelayanan yang terintegrasi secara nasional, dua hal yang paling krusial dilakukan untuk dilakukan dalam waktu dekat. Atau, misalnya lagi, jika ada kemelut lapangan tengah berupa membuka akses informasi dan bahan pustaka ke masyarakat 3T (terdepan, terluar, tertinggal), manajer tim harus mengambil strategi penetrasi lewat sisi sayap dengan umpan terobosan (through ball) ke ruang kosong yang ada di depan.

Artinya, ruang kosong itulah yang diisi. Jika ruang yang kosong itu adalah ketiadaan akses internet dan tidak memungkinkan membangun jaringan internet dalam waktu dekat, Informasinyalah yang harus dilancarkan oleh gelandang ke depan dan penyerang (baca: pustakawan) sendiri harus berlari sekencang mungkin untuk menjemput umpan itu.

Pemain bertahan, stopper, atau libero, dalam tim ini bisa berasal dari kementerian atau lembaga pemerintah lainnya atau pihak swasta yang beririsan dengan visi tagline Perpusnas. Merekalah yang nantinya akan menerjemahkan visi manajer tim menjadi misi nyata dengan bertugas membantu lini pertahanan, bisa berupa bentuk pelaksanaan teknis digital dan semacamnya.

Dan Perpusnas sendiri harus menjadi manajer sekaligus kiper. Posisi kiper memungkinkan untuk bisa melihat dari belakang pergulatan di semua lini, sekaligus bisa berkoordinasi dengan pemain belakang untuk menentukan taktik-taktik bertahan atau yang akan dilancarkan selanjutnya dari lini belakang.

Sebagai manajer, dialah yang menahkodai tim secara keseluruhan yang nantinya akan menggerakkan bola. Sebuah bola bisa saja digulirkan dari belakang atau dari tengah ke depan, sebelum bisa ditembakkan ke gawang. Semua itu dilakukan di bawah sebuah koordinasi dan strategi yang apik dari manajer.

Manajer membuat strategi ciamik sekaligus memberikan haluan agar bola yang digiring para pemain pada akhirnya bisa dilesakkan ke dalam gawang. Seorang manajer juga perlu mempertimbangkan seluruh sumber daya yang diperlukan untuk memenangkan sebuah pertandingan, dalam konteks ini keberhasilan dalam mentransformasikan perpustakaan dalam ekosistem digital nasional sekaligus peningkatan indeks literasi masyarakat.

Manajer mesti pula bisa mengatur tekanan dari luar yang biasanya datang melalui kritikan lewat media. Secara tidak langsung, media bisa membuat opini publik terhadap berhasil tidaknya proses transformasi tersebut beserta stratregi lainnya yang dilancarkan. Semuanya bisa jadi sorotan.

Pekerjaan sebagai manajer tim tidaklah mudah. Tak jarang kita lihat dalam berbagai liga di Eropa manajer tim dipecat dalam beberapa pertandingan awal. Mereka selalu jadi kambing hitam atas kekalahan sebuah tim. Beruntung, tim yang ini tidak “semenyeramkan” itu. Kepala Perpusnas tampaknya tidak akan langsung dilengserkan hanya karena proses transformasi perpustakaan menuju ekosistem digital belum menampakkan hasilnya dalam satu musim pertandingan.

Toh, memang transformasi perpustakaan, terlebih dalam mendukung ekosistem digital nasional—meski terdengar sedikit ambisius, bukanlah hal yang menampakkan hasil dalam waktu singkat seperti jumlah episode drama korea atau semudah scrolling ketika unggahan informasi di media sosial—yang saat ini jadi kesukaan banyak orang Indonesia. Proses transformasi akan memakan waktu yang panjang, tapi jika sudah berhasil tidak akan memberikan kebahagiaan semu seperti halnya dalam drama, tidak pula mengikis daya kritis masyarakat terhadap terhadap sebuah informasi seperti dampak negatif media sosial.

Transformasi perpustakaan dalam mendukung ekosistem digital nasional yang paripurna tidak instan layaknya mi. Tidak pula dadakan digoreng layaknya tahu bulat. Perlu ada harmonisasi di antara seluruh anggota tim: manajer, pemain belakang, gelandang, hingga penyerang, sebelum bola diluncurkan ke dalam gawang.

Harmonisasi yang baik pastinya sudah terbentuk antara setiap pemain yang ada dalam upaya melesakkan bola “Transformasi Perpustakaan untuk Mendukung Ekosistem Digital Nasional”. Sayangnya, harmonisasi yang baik tidaklah cukup. Terkadang perlu ada cara radikal agar serangan lebih efektif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement