Kamis 19 May 2022 15:14 WIB

Hikayat Linon dan Smong dari Simeulue Bantu Selamatkan Warga dari Tsunami

Pemkab Simeulue menjadikan hikayat linon dan smong bagian strategi mitigasi bencana

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
 FILE - Dalam foto file 27 Desember 2004 ini, pemandangan dari udara menunjukkan daerah-daerah yang terkena tsunami di dekat pinggiran pantai Banda Aceh, ibu kota provinsi Aceh, masih tergenang air.  Pemkab Simeulue menjadikan hikayat linon dan smong sebagai bagian dari strategi mitigasi bencana.
Foto:

Sebagian warga Meulaboh yang berada di pinggiran pantai, saat air laut surut setelah gempa justru berlarian untuk mengambil ikan-ikan yang terdampar. "Alhamdulillah saudara kita itu bersama keluarganya saat musibah tsunami 2004 silam mereka selamat dari terjangan ombak dahsyat tersebut. Salah satunya berkat cerita linon dan smong yang diceritakan oleh nenek moyang kita dulu," kata Sarman.

"Sementara ribuan warga Meulaboh lainnya banyak yang menjadi korban bencana dahsyat tersebut," ia menambahkan.

Mitigasi Mandiri

Sarman mengatakan saat ini beberapa desa yang ada di Kecamatan Alafan dan Salang di Kabupaten Simeulue menunjuk seseorang menjadi penyampai informasi saat ada peristiwa gempa bumi. Orang yang ditunjuk menjadi penyampai informasi akan langsung memantau air laut dan jika diperlukan akan meminta masyarakat berkumpul di titik yang telah ditetapkan di desa untuk mengamankan diri.

"Cara itu terbukti ampuh menyelamatkan diri mereka dari ancaman ombak tsunami meski mereka tinggal berdekatan dengan pinggiran pantai," ujar Sarman.

Buyung (62), seorang warga Simeulue, juga mengemukakan bahwa hikayat linon dan smong yang disampaikan oleh orang tuanya dulu dianggap efektif untuk menghindari bencana. Dia mengaku tidak mengetahui informasi mengenai proses evakuasi maupun titik evakuasi bencana yang ditetapkan oleh pemerintah.

Dia hanya berpegang pada pengetahuan mitigasi yang diperoleh melalui hikayat linon dan smong, bahwa apabila ada gempa kuat dan air laut surut maka orang harus menjauhi laut dan pantai karena itu merupakan pertanda bencana smong akan datang. "Saya tidak pernah tahu tentang simulasi bencana gempa dan tsunami seperti arahan pemerintah. Pedoman saya hingga saat ini cerita nenek moyang kita dulu. Apabila gempa dan air laut surut cari tempat yang tinggi," kata pria yang berprofesi sebagai nelayan itu.

Fahriang (64), seorang tokoh masyarakat Desa Lataling di Kecamatan Teupah Selatan di Kabupaten Simeulue, menuturkan cerita tentang bencana linon dan smong tahun 1907 perlu secara terus menerus disampaikan kepada generasi muda. Dia menceritakan bahwa dulu warga desanya tinggal berdekatan dengan pantai. Namun, setelah tsunami melanda Pulau Simeulue 115 tahun silam, penduduk desa memutuskan pindah ke daerah pegunungan.

"Dulu rumah penduduk desa ini berdekatan dengan pantai. Namun setelah adanya smong tahun 1907 itu penduduk desa pindah ke gunung hingga saat ini. Bukti sejarah ini bisa kita lihat hingga saat ini berupa bekas fondasi rumah, jalan desa, dan juga fasilitas lain seperti sumur tua yang berdekatan dengan pantai," kata Fahriang.

Menurut Fahriang, saat ini sejarah kejadian gempa dan tsunami tahun 1907 sudah banyak tidak diketahui oleh generasi muda di desanya karena tidak ada orang tua yang menceritakan kembali hikayat tentang linon dan smong kepada anak-anak mereka. Pada masa lalu, cerita tentang tanda-tanda smong seperti kerbau yang tiba-tiba lari tidak tentu arah dan burung-burung berpindah dari tempat bertengger mereka di pinggir pantai diceritakan secara turun temurun.

"Tanda-tanda akan datang gempa dan tsunami ini sudah saya lihat saat tahun 2004 silam. Saat gempa bumi, kerbau langsung berlarian dengan mengeluarkan suara keras yang tidak tentu arah, juga termasuk burung-burung beterbangan," jelas Fahriang.

"Kalau setelah gempa air laut surut, segeralah cari tempat yang tinggi, itu pertanda smong akan datang," imbuhnya.

Kepala BPBD Simeulue Zulfadli mengatakan Pemerintah Simeulue telah menjadikan hikayat linon dan smong sebagai bagian dari strategi mitigasi bencana, yang juga diajarkan kepada generasi muda. Hikayat linon dan smong disampaikan dalam acara-acara kebudayaan dan wisata, dan dijadikan sebagai bagian materi pendidikan anak usia dini.

Pemerintah daerah memadukan hikayat linon dan smong dengan strategi mitigasi yang lain, termasuk penetapan titik-titik evakuasi bencana alam, pemasangan rambu-rambu di jalur evakuasi, dan pelaksanaan simulasi secara berkala. Dengan melekatkan pengetahuan mengenai pertanda bencana melalui hikayat linon dan smong serta strategi mitigasi yang lain, Simeulue ingin menekan seminimal mungkin jumlah korban jiwa dan kerusakan akibat bencana.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement