Kamis 19 May 2022 15:14 WIB

Hikayat Linon dan Smong dari Simeulue Bantu Selamatkan Warga dari Tsunami

Pemkab Simeulue menjadikan hikayat linon dan smong bagian strategi mitigasi bencana

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
 FILE - Dalam foto file 27 Desember 2004 ini, pemandangan dari udara menunjukkan daerah-daerah yang terkena tsunami di dekat pinggiran pantai Banda Aceh, ibu kota provinsi Aceh, masih tergenang air.  Pemkab Simeulue menjadikan hikayat linon dan smong sebagai bagian dari strategi mitigasi bencana.
Foto:

Hikayat linon dan smongyang mengisahkan tragedi gempa dan gelombang besar yang pernah melanda pulau yang dikenal dengan sebutan U itu pada 26 Desember 2004 membantu menyelamatkan lebih dari 80 ribu orang yang menghuni 10 wilayah kecamatan di Kabupaten Simeulue. Hikayat tersebut disampaikan lewat nyanyian.

Enggelmon Sao curito (Dengarlah sebuah cerita)

Inang maso semonan (pada masa jaman dulu)

Manoknop sao fano (tenggelam satu tempat)

Wila dasesewan (Begitulah mereka ceritakan)

Unenne Alek Linon (Diawali dengan gempa)

Besang bakatneMalli (Disusul ombak yang besar sekali)

Manoknop Sao hampong (Tenggelam seluruh kampung)

Tibo-tibo Mawi (Tiba-tiba saja)

Anga linonneMalli (Kalau gempanya kuat)

Uwek surui sahuli (Disusul air surut sekali)

Mahea mihawali (Segera cari)

Fanome singa tenggi (Tempat kalian yang lebih tinggi)

Ede Smong kahanne (Itulah Smong namanya)

Turiang da nenekta (Sejarah nenek moyang kita)

Miredem teher ere (Ingatlah ini betul-betul)

Pesan dan navida (Pesan dan nasihatnya)

Syair tentang linon dan smong itu merupakan bagian dari langkah mitigasi penduduk Simeulue. Selain lewat syair, mereka menyampaikan tragedi akibat gempa dan tsunami pada masa lalu lewat seni tradisional Nandong dan nanga-nanga yang biasa dilantunkan oleh orang tua pada bayi mereka di ayunan.

Lewat syair, penduduk Simeulue terus menyampaikan pengingat kepada keturunan mereka untuk mewaspadai kemungkinan terjadi bencana semacam itu. "Cerita linon dan smong ini disampaikan melalui banyak cara. Bahkan sejak seseorang masih baru lahir cerita linon dan smong ini telah disampaikan, salah satunya lewat nanga-nanga ini," kata Sarman Jayadi, seorang tokoh masyarakat Simeulue.

Lepas dari Bencana

Menurut Sarman, hikayat yang secara terus menerus diceritakan kepada setiap generasi inilah yang membantu penduduk Kabupaten Simeulue menyelamatkan dari bencana linon dan smong pada 2004. "Salah satu penyebabnya karena masyarakat Simeulue saat gempa tidak mendekati air laut, tapi sebaliknya, secara bersama-sama mencari tempat yang tinggi, seperti dalam cerita linon dan smong yang diceritakan secara turun temurun itu," ujar dia.

Sarman Jayadi, yang merupakan sejarawan Simeulue, mengatakan bahwa warga Simeulue yang berada di luar pulau juga banyak yang selamat dari bencana besar gempa dan tsunami tahun 2004. Salah satunya anggota keluarga SarmanJayadi bernama Saidil yang tinggal di Kota Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.

Saat gempa dan melihat air surut, Saidil bersama keluarga berlari menuju ke dataran tinggi sambil terus meneriakkan kata "smong" untuk memperingatkan warga lain di sana. Namun, karena kebanyakan warga Meulaboh belum memahami maksud teriakan Saidil, mereka membiarkan peringatan itu dan tidak mengikuti ajakan untuk berlari ke dataran yang lebih tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement